Tak lama setelah Pyongyang mengonfirmasi peluncuran baru, Washington mengutuk peningkatan aktivitas roket negara tertutup itu, mengecam tes tersebut sebagai "destabilisasi."
"Peluncuran ini melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB dan mengancam kawasan dan komunitas internasional yang lebih luas," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS sebagaimana dlansir RT.
Ada spekulasi bahwa serentetan peluncuran terbaru mungkin diatur waktunya dengan konferensi pers pertama Presiden AS Joe Biden, yang diadakannya pada Kamis malam. Anggota parlemen Korea Selatan yang diberi pengarahan oleh badan intelijen nasional (NIS) setelah peluncuran terbaru mengatakan kepada kantor berita Yonhap bahwa konferensi pers Biden dianggap sebagai "salah satu kemungkinan alasan" di balik rentetan roket yang ditembakkan oleh Pyongyang dalam beberapa hari terakhir.
Awal bulan ini, Korea Utara secara resmi mengesampingkan kontak apa pun dengan pemerintah AS yang baru setidaknya sampai Washington meninggalkan kebijakan permusuhannya terhadap negara tersebut. Wakil Menteri Luar Negeri Pertama Korea Utara, Choe Son Hui, menjuluki berbagai upaya pejabat AS untuk menjangkau Korea Utara sebagai "trik murahan" dan gagasan bahwa Pyongyang akan segera menimbulkan ancaman sebagai "teori gila".
(Rahman Asmardika)