Akibat jatuh dari ketinggian, A lumpuh dari pinggang ke bawah sehingga tidak bisa berhubungan seks seperti sebelum jatuh.
"Saat saya cedera, saya membuat daftar hal-hal yang ingin dilakukan. Saya harus bisa mandi sendiri, saya harus makan dan berpakaian sendiri, mengemudi sendiri, serta berhubungan seks secara mandiri."
A telah menikah dan memiliki anak. namun istrinya merasa tidak nyaman berbicara mengenai seks kepada dokter dan terapis. Sehingga dia mendorong A untuk mencari bantuan dari Aloni.
A menjelaskan bagaimana Aloni memberikan arahan dan masukan kepadanya dan kepada mitra seks-nya, sebelum dan setelah setiap sesi terapi.
"Saya mulai dari awal: sentuh ini, sentuh bagian sana. Dari situ membangun langkah demi langkah sampai tahap akhir mencapai orgasme," jelas A.
A berpendapat bahwa wajar bagi negara membayar sesi terapi mingguannya, seperti yang juga dilakukan negara dalam merehabilitasi bagian dirinya yang lain. Sekadar gambaran, biaya terapi seks selama tiga bulan adalah US$5.400 (Rp78,5 juta).
"Mendapatkan mitra seks bukanlah tujuan hidup saya. Saya cedera dan ingin merehabilitas semua aspek hidup saya," kata A, yang duduk di kursi roda.
"Saya tidak jatuh cinta pada mitra seks saya. Saya sudah menikah. [Terapi] ini hanyalah mempelajari teknik bagaimana mencapai gol. Saya memandangnya sebagai hal logis yang harus saya lakukan."
A menyalahkan pemahaman Barat soal seks atas pandangan miring mengenai terapi mitra seks.
"Seks adalah bagian dari hidup saya, itu adalah kepuasan dalam hidup. Bukannya saya menjadi playboy, bukan itu," kata A.