Israel Pekerjakan Mitra Seks untuk Bantu Para Serdadu yang Cedera

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Sabtu 17 April 2021 18:51 WIB
Ilustrasi (Foto: BBC Indonesia)
Share :

Seorang pria jangkung sekitar usia 40 tahun duduk di taman dengan sehelai selimut menutupi pangkuannnya. Dia adalah mantan tentara cadangan Israel yang hidupnya hancur akibat Perang Lebanon pada 2006.

David - bukan nama sebenarnya - tidak bisa bicara atau bergerak.

Dia hanya bisa berkomunikasi dengan bantuan terapis okupasi-nya. Jika sang terapis menopang lengan David dan memegang bolpoin pada tangannya, David bisa menulis pada papan tulis.

"Saya hanyalah orang biasa. Saya baru kembali dari perjalanan ke Timur Jauh. Saya dulu belajar di universitas dan bekerja sebagai bartender. Saya dulu suka olahraga dan berkumpul bersama teman-teman," kata David.

Saat unit militernya diserang, David mengalami cedera serius pada kaki dan kepalanya. Selama tiga tahun dia habiskan di rumah sakit.

Dalam periode itu, dia mengaku kehilangan keinginan hidup.

Keadaan mulai berubah setelah terapis okupasi-nya mengusulkan agar David menjalani terapi dengan mitra seks.

"Saat saya mulai terapi mitra seks, saya merasa seperti pecundang. Dalam terapi, saya mulai merasa seperti seorang pria, muda dan tampan," ujar David.

"Itu adalah pertama kalinya saya merasa hal tersebut sejak cedera. Terapi itu memberikan saya kekuatan dan harapan."

David mengetahui bahwa hubungan intim yang dia mulai akan berakhir. Lantas apakah ada risiko dia terluka secara emosional?

"Awalnya, sulit bagi saya karena saya menginginkan mitra seks tersebut untuk diri saya. Namun saya menyadari bahwa meskipun kami bukan mitra lagi, kami masih teman baik. Dan itu sepadan. Terapi tersebut membantu saya membangun diri saya kembali."

Meskipun dalam aturan disebutkan bahwa mitra seks dan klien tidak bisa saling kontak di luar sesi terapi, David dan mitra seksnya (seorang perempuan dengan nama samaran Seraphina) diberikan izin khusus oleh klinik Dr Aloni untuk tetap berhubungan meski sesi mereka sudah berakhir.

Sejak menjalani terapi, orang-orang dekat David mengatakan melihat perubahan dalam dirinya. Dia fokus pada rencana masa depannya.

Walau berhubungan seks tetap sangat sulit, dia mulai lebih bersosialisasi dan pergi dengan bantuan perawat sebelum pandemi Covid-19 melanda.

Seraphina telah bekerja sebagai mitra seks bersama Ronit Aloni selama lebih dari 10 tahun. Dia bertubuh langsing dengan rambut pendek. Sikapnya hangat kepada orang lain dan lancar dalam berkomunikasi.

Baru-baru ini dia menerbitkan sebuah buku berjudul More than a Sex Surrogate mengenai pengalamannya. Menurut pihak penerbit, buku itu menggambarkan "memoar unik mengenai keintiman, rahasia, dan cara kita mencintai".

Seperti semua mitra seks di klinik Dr Aloni, Seraphina punya pekerjaan lain di bidang seni. Dia mengaku mengambil peran sebagai mitra seks demi tujuan mulia.

"Semua orang itu menderita di bawah [permukaan] dan punya rahasia tersembunyi yang mereka bawa ke mana-mana. Saya benar-benar ingin membantu karena saya tahu saya punya kemampuannya," jelasnya.

"Saya tidak masalah menggunakan seksualitas atau tubuh saya atau sentuhan dalam proses terapi. Dan topiknya menarik buat saya, seksualitas menarik buat saya."

Seraphina menggambarkan peran dirinya "seperti pemandu wisata". Menurutnya, dirinya membawa para klien dalam perjalanan yang dia tahu jalannya.

Seraphina telah bekerja sama dengan sekitar 40 klien, termasuk dengan seorang serdadu lain.

Namun, menurutnya, tingkat keparahan cedera David menimbulkan tantangan unik. Dia belajar membantu David menulis sehingga mereka bisa berbincang empat mata.

"David adalah kasus paling ekstrem. Ibaratnya seperti berjalan kaki di padang pasir—Anda tidak tahu arahnya," kata Seraphina.

"Saya harus sangat, sangat kreatif karena dia tidak bisa bergerak sama sekali. Saya menggerakkan badannya dengan membayangkan gerakannya jika dia bisa bergerak. Dia merasakan tubuhnya sendiri, tapi tidak bisa menggerakkannya.

"David selalu berkata: 'Dia selalu tahu dengan pasti apa yang saya mau, meskipun saya tidak mengatakan apa-apa'. Itu sungguh sebuah sanjungan."

Dalam bekerja sebagai mitra seks, Seraphina punya kekasih, yang menurutnya, menerima pekerjaannya. Namun, dia tahu perempuan dam pria lain berhenti berperan sebagai mitra seks demi pasangan pribadi atau karena ingin menikah.

Menurutnya, berpisah dengan klien setelah mereka sangat akrab perlu dilakukan tapi bisa jadi sulit.

"Seperti liburan. Kita punya kesempatan untuk menjalin hubungan yang menyenangkan untuk waktu singkat. Kita terima atau jangan?

"Perpisahan [dengan klien] adalah perpisahan paling menyenangkan yang bisa dialami siapapun. Itu demi tujuan baik. Kadang kala saya bisa menangis, tapi pada saat bersamaan saya bisa sangat bahagia."

"Saat saya mendengar orang itu menjalin hubungan asmara atau punya anak atau menikah, bukan main gembiranya saya dan bersyukurnya saya atas apa yang saya lakukan."

Short presentational grey line

Sudah larut malam dan Ronit Aloni masih bekerja, memberikan kuliah online kepada sekelompok seksolog dari Eropa hingga Amerika Selatan.

Dia menceritakan sejumlah kasus dan mengutip sejumlah kajian yang menyebut mitra seks lebih efektif ketimbang terapi psikologi klasik dalam mengatasi masalah seksual.

"Ini paling menarik, terapis-terapis yang pernah bekerja dengan mitra seks, semuanya mengatakan bakal melakukannya lagi," kata Aloni kepada mereka.

Dengan adanya operasi modern untuk membantu serdadu yang cedera parah agar bisa bertahan hidup, dia meyakini terapi mitra seks dapat diterapkan secara luas.

"Anda tidak bisa merehabilitasi seseorang tanpa merehabilitasi kepercayaan dirinya, persepsi mereka dalam menjadi seorang pria atau seorang perempuan," jelasnya.

"Anda tidak bisa mengabaikan bagian ini dalam kehidupan kita. Ini sangat penting, sungguh kuat. Ini adalah pusat kepribadian kita. Dan Anda tidak bisa hanya membicarakannya. Seksualitas adalah sesuatu yang dinamis, sesuatu yang berada antara kita dan orang lain."

Dalam pandangan Aloni, masyarakat modern telah mengembangkan sikap tidak sehat terhadap seks.

"Kita tahu bagaimana gurauan soal seksualitas. Kita tahu bagaimana mempermalukan orang, kita tahu menjadi sangat konservatif atau terlalu ekstrem soal seksualitas," paparnya.

"Hal ini tidak pernah seimbang, tidak pernah terjalin dalam kehidupan kita dalam cara yang seharusnya, dan seksualitas - adalah hidup. Inilah cara kita menghadirkan kehidupan. Ini alamiah!"

(Arief Setyadi )

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya