Orang-orang dari berbagai usia dan latar belakang secara kontinyu mengunjungi Aloni secara diam-diam di kliniknya.
Banyak yang berupaya keras mempunyai hubungan romantis akibat masalah kecemasan, keintiman, atau trauma pada pelecehan seksual. Ada pula yang mengidap gangguan kesehatan fisik dan mental.
Sejak awal kariernya, Aloni secara khusus fokus pada kalangan difabel. Beberapa keluarga dekatnya mengalami disabilitas, termasuk ayahnya yang seorang pilot. Sang ayah mengalami cedera otak setelah pesawatnya jatuh.
"Sepanjang hidup, saya selalu berada di dekat orang yang harus mengatasi disabilitas dalam wujud berbeda. Semua orang ini direhabilitasi dengan sangat baik sehingga saya punya pendekatan yang sangat optimistis."
Saat belajar di New York, Aloni menjadi dekat dengan seorang mitra seks yang bekerja bersama kalangan difabel.
Ketika dia kembali ke Israel pada akhir 1980-an, dia mendapat persetujuan dari beberapa rabbi terkemuka untuk menggunakan jasa mitra seks. Dia lantas mulai memberikan terapi di pusat rehabilitasi yang berada di sebuah komunitas keagamaan.
Para rabi itu punya satu aturan - tidak boleh ada mitra seks yang sudah menikah. Aloni pun mengikuti aturan tersebut.
Seiring waktu, dia mendapat dukungan dari pemerintah Israel.
Dari sekitar 1.000 orang yang menjalani terapi bersama mitra seks di kliniknya, puluhan orang adalah veteran serdadu yang cedera - banyak yang mengalami trauma otak atau cedera saraf punggung, yang perawatannya dibiayai negara.
Aloni meyakini bahwa budaya Israel yang berorientasi pada keluarga dan sikap negara terhadap militer memberi angin segar pada dirinya.
Pada usia 18 tahun, kebanyakan warga Israel dipanggil untuk menjalani dinas militer dan bisa berlanjut menjadi tentara cadangan sampai usia paruh baya.
"Kami terus berada dalam situasi perang sejak negara ini didirikan," katanya.
"Semua di Israel mengenal orang yang pernah cedera atau tewas, dan semua punya pendekatan positif untuk mengompensasi orang-orang ini. Kami merasa berkewajiban pada mereka."