KETIKA Dilara berangkat dari pantai Bangladesh, dia memimpikan kehidupan baru di Malaysia. Namun dia dan ratusan warga etnis Rohingya lainnya yang berdesakan di perahu justru menghabiskan berhari-hari mengapung di laut setelah ditolak masuk di garis perbatasan.
Mereka akhirnya diselamatkan tapi tidak dikembalikan ke Bangladesh atau ke keluarga yang mereka tinggalkan.
Sebaliknya, tim penyelamat menempatkan Dilara dan warga Rohingya itu di sebuah pulau yang tercipta dari lumpur di tengah Teluk Benggala.
Mereka ditinggalkan di sana tanpa harapan untuk bisa melarikan diri.
"Saya tidak tahu berapa lama saya akan berada di sini. Saya tidak punya jalan keluar," kata perempuan muda yang belum menikah dan takut meninggalkan kamarnya saat malam hari.
"Saya akan menjadi tua dan mati sendirian di sini," ucapnya.
Dilara adalah satu dari 100.000 pengungsi Rohingya yang ditempatkan di Bhasan Char. Ini adalah pulau seluas 40 kilometer persegi yang dulu hanya digunakan nelayan sebagai tempat persinggahan.
Baca juga: 36 Pengungsi Rohingya di Aceh Dipindahkan ke Medan
Otoritas Bangladesh mengumumkan rencana penempatan itu sebagai bagian dari solusi mengatasi pengungsian yang penuh sesak di Cox's Bazar.
Kamp itu merupakan rumah bagi hampir satu juta pengungsi Rohingya yang tiba dalam beberapa tahun terakhir.
Sebagian besar pengungsi yang tinggal di sana melarikan diri dari serangan tentara Myanmar pada tahun 2017. Rentetan peristiwa itu digambarkan PBB sebagai "contoh pembersihan etnis".
Ada juga beberapa pengungsi di Cox's Bazar yang melarikan diri dari kekerasan sebelumnya.
Tetapi Cox's Bazar, menurut otoritas Bangladesh, kini telah menjadi sarang kejahatan. Pembangunan kamp baru senilai US$350 juta (sekitar Rp5 triliun) di Bhasan Char disebut-sebut sebagai awal yang baru bagi para pengungsi.
Baca juga: Setidaknya 15 Tewas, 400 Hilang Akibat Kebakaran di Kamp Pengungsi Rohingya
Bashan Char adalah sebuah pulau yang muncul 15 tahun lalu dari laut. Pulau kecil ini diyakini merupakan endapan lumpur Pegunungan Himalaya.
Namun sejumlah pengungsi di Bhasan Char yang diajak bicara BBC melalui telefon mengatakan hal yang bertolak belakang.
Mereka menggambarkan pulau itu sebagai tempat di mana tidak ada pekerjaan, minim fasilitas, dan memberi sedikit harapan tentang masa depan yang lebih baik.
Mereka yang mencoba melarikan diri, kata beberapa pengungsi, ditangkap dan dipukuli. Aksi baku hantam antarpengungsi juga kerap terjadi saat frustrasi di antara mereka meningkat.
Dan yang lebih buruk lagi, pulau itu hanya dua meter di atas permukaan laut. Mereka takut badai besar bakal menghanyutkan pulau itu.