AFGHANISTAN - Dewan Tinggi Rekonsiliasi Nasional Afghanistan Abdullah Abdullah, pada Sabtu (14/8), kembali ke Kabul dengan usul kesepakatan politik, yang kabarnya mencakup gencatan senjata, antara Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan Taliban. Sebelumnya ia berada di Doha, Qatar, untuk membahas keputusan Ghani dengan Taliban. Perkembangan terbaru ini belum membuat perubahan berarti di tengah gencarnya perebutan sejumlah ibu kota provinsi oleh Taliban dan memburuknya situasi keamanan.
Sebelumnya Amerika Serikat (As) mengirimkan 3.500 hingga 4.000 personil tentara ke pangkalan militer di Kuwait, di mana mereka siaga sambil membantu proses evakuasi warga Amerika dari Afghanistan. Untuk tujuan yang sama Inggris pada 12 Agustus juga mengirim 600 personil tentaranya. Kedua negara merupakan bagian dari beberapa negara yang memerintahkan warga negaranya untuk segera meninggalkan Afghanistan.
Dalam delapan hari terakhir ini Taliban dengan cepat merebut 17 dari 34 ibu kota provinsi. Diawali dari Zaranj di Provinsi Nimruz, kemudian berlanjut dengan Syabarghan di Provinsi Jauzan, Kunduz di Provinsi Kunduz, Saripul di Provinsi Saripul, Talaqan di Provinsi Takhar, Aibak di Provinsi Samangan) Farah di Provinsi Farah, Puli Khumri di Provinsi Baghlan, Faizabad di Provinsi Badakhsyan, Ghazni di Provinsi Ghazni, Kandahar di Provinsi Kandahar, Herat di Provinsi Herat, Qalai Nau di Provinsi Baghlan, Firuzkugh di Provinsi Ghor, Lasykargah di Provinsi Helman, Puli Alam di Provinsi Logar, dan Qalat di Provinsi Zabul.
(Baca juga: Biden Kirim 5.000 Tentara ke Afghanistan untuk Evakuasi Warga AS)
Menanggapi perkembangan di Afghanistan itu, Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir Jaelani kepada VOA, Jumat (13/8), menyerukan kepada pemerintah Afghanistan dan Taliban untuk kembali melanjutkan dialog sehingga dapat terwujud penyelesaian politik oleh dan untuk rakyat Afghanistan sendiri. Indonesia masih percaya solusi politik dapat terwujud. Ia juga menyampaikan kesiapan Indonesia untuk berperan akfif dalam proses mencapai perdamaian ini dengan menjadi fasilitator,
"Kita melakukan komunikasi dengan semua pihak. Indonesia selalu berkomunikasi dengan pihak pemerintah Afghanistan, dengan Taliban, dan dengan semua pemain kunci. (Dengan) semuanya kita melakukan komunikasi secara intensif," terangnya.
(Baca juga: Polisi: Serangan Bom Hantam Truk, 9 Tewas)
Abdul Kadir mengatakan Kementerian Luar Negeri sedang dalam persiapan rencana untuk mengevakuasi warga negara Indonesia di Afghanistan.