Berbicara secara khusus tentang Myanmar (Birma), Harris mengatakan AS “sangat khawatir” dengan kudeta yang dilakukan oleh militer awal tahun ini.
“Kami mengecam serangan penindasan dengan kekerasan, dan kami berkomitmen untuk mendukung rakyat di sana saat mereka berupaya mengembalikan negaranya ke arah demokrasi. Dan kami berharap negara-negara di seluruh Indo-Pasifik akan bergabung dengan AS dalam upaya itu,” katanya.
Terkait hal ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menanggapi dengan mengatakan Amerika menerapkan sistem di mana AS "dengan sengaja memfitnah, menindas, memaksa dan menggertak negara lain tanpa harus bertanggung jawab."
Sementara itu, Kedutaan Besar AS di Hanoi mengatakan penerbangan Harris dari Singapura menuju ibu kota Vietnam, Hanoi, pada Selasa (24/8) mengalami penundaan karena "laporan mengenai kemungkinan insiden kesehatan tidak biasa baru-baru ini," di kota itu.
"Setelah penilaian yang cermat, keputusan dibuat untuk melanjutkan perjalanan wakil presiden," kata Departemen Luar Negeri.
Harris akan menjadi wakil presiden AS pertama yang mengunjungi Hanoi.
Departemen Luar Negeri AS sering menggunakan "insiden kesehatan yang tidak biasa" untuk merujuk pada penyakit yang menyerang puluhan diplomat AS, yang umumnya dikenal sebagai Sindrom Havana.
Di Vietnam, Harris diperkirakan akan membahas banyak masalah yang sama, termasuk keamanan dan perubahan iklim.
(Susi Susanti)