Menurut kelompok kampanye, Girls Not Brides in Zimbabwe, lebih dari sepertiga anak perempuan menikah sebelum usia 18 tahun dan 5% menikah sebelum ulang tahun ke-15 mereka.
Juru bicara polisi Zimbabwe, Paul Nyathi mengatakan kepada CNN, menyusul protes yang ditimbulkan oleh kasus Machaya, Momberume ditangkap bersama dengan orang tua Machaya.
Dia mengatakan Momberume menghadapi dakwaan pemerkosaan, sementara orang tuanya didakwa menghalangi jalannya peradilan karena diduga memberikan dokumen identitas palsu kepada polisi yang menyembunyikan usia sebenarnya.
Pihak berwenang menduga bahwa orang tua Machaya, Edmore Machaya dan Shy Mabika, juga berjanji untuk memberikan anak berusia 9 tahun mereka kepada Momberume.
"Penyelidikan kami telah menunjukkan bahwa orang-orang yang terlibat tidak terbuka, dan mereka mencoba untuk menyembunyikan masalah tersebut, terutama pada kegiatan apa yang mungkin terjadi di gereja itu," ujar Nyathi kepada CNN.
Sedangkan, menurut laporan dari CNN, Alice Mabika, yang berbicara atas nama keluarga Anna, menolak berkomentar ketika dihubungi tentang insiden tersebut.
"Saya telah diminta untuk tidak mengomentari masalah ini sampai penyelidikan selesai," katanya.
Pemerintah biasanya menutup mata terhadap praktik pernikahan anak. Zimbabwe memiliki dua perangkat hukum pernikahan, Undang-Undang Perkawinan dan Undang-Undang Perkawinan Adat. Tidak ada undang-undang yang memberikan batasan usia minimum untuk menikah, sedangkan hukum adat memperbolehkan poligami.
RUU pernikahan baru yang diajukan ke parlemen untuk diperdebatkan berusaha menyelaraskan undang-undang, melarang pernikahan siapa pun di bawah 18 tahun dan menuntut siapa pun yang terlibat dalam pernikahan anak di bawah umur.
Praktek pernikahan anak tersebar luas di kota-kota dan pedesaan Zimbabwe, sebagian besar orang miskin di negara itu tinggal. Di sini orang tua sering mengatakan bahwa mereka dipaksa untuk memberikan anak perempuan mereka dalam pernikahan untuk mengurangi beban biaya perawatan mereka.