Yogi Adiyanath, sekutu dekat Perdana Menteri Narendera Modi dan Menteri Utama di negara bagian terbesar India, Uttar Pradesh, kepada harian lokal mengatakan bahwa warga India yang merayakan kemenangan Pakistan itu harus didakwa dengan pasal penghasutan.
Peninggalan era kolonial, pasal penghasutan dikenakan bagi warga yang mengritik pemerintah. Banyak kalangan menilai aturan itu kian sering digunakan untuk mengekang kebebasan berpendapat.
"Apa yang kita saksikan ini adalah bagian dari proses politik BJP dalam menghimpun dukungan warga Hindu dengan 'mengesampingkan' kaum Muslim," kata Amit Varma, pengasuh siaran podcast The Seen and the Unseen.
"Mereka menggunakan isu-isu yang telah membekas dalam perpolitikan kita selama puluhan tahun: pembantaian sapi, pernikahan Hindu-Muslim, dan bahkan warga India yang mendukung Pakistan,” lanjutnya.
"Isu-isu itu tidak ada substansinya. Mereka hanya isu-isu yang digunakan untuk melecut sentimen anti-Muslim yang, sayangnya, tampak meluas," katanya.
Namun seorang juru bicara senior pemerintah India mengatakan bahwa "tidak masuk akal" bagi siapa pun untuk mengatakan bahwa mengambil tindakan terhadap sejumlah kecil orang Muslim sama dengan menghukum jutaan orang yang menganut agama itu di negara tersebut.
"Mereka [yang ditahan] merayakan kekalahan India...setiap tindakan demikian berpotensi menggerakkan 'situasi hukum dan ketertiban', sehingga harus dicegah dengan segala cara," Kanchan Gupta, penasihat senior kementerian informasi. dan penyiaran, mengatakan kepada BBC saat dia membela penangkapan tersebut.
"Bila ada dua mahasiswa di sini, lima mahasiswa di sana, atau ada seorang guru memutuskan untuk melakukan hal yang provokatif dan berpotensi memicu masalah lebih lanjut, maka perlu diperiksa...dan diselidiki," katanya.
Keluarga dari sebagian besar mahasiswa itu yakin penahanan tersebut berlebihan.
Tujuh orang di Uttar Pradesh juga dituduh merayakan kemenangan Pakistan.
Menurut polisi, mereka menggunakan kata-kata yang tidak pantas dan berkomentar tidak nasionalis atas tim kriket India untuk mengganggu ketertiban.
Tiga dari mereka - Arshad Yousef, Inayat Altaf dan Shaukat Ahmad - adalah mahasiswa ilmu teknik suatu kampus di Agra dan kini dipenjara.
Para tertuduh itu pun sudah diskors dari kampus mereka dan kesulitan untuk mendapat pengacara.
"Kami tidak akan memberi bantuan hukum kepada para mahasiswa itu karena mereka merayakan kemenangan Pakistan saat tinggal di India," ujar Nitin Verma, Ketua Asosiasi Pengacara Muda di Agra.
"Ini bertentangan dengan bangsa kita dan tidak nasionalis. Tugas kami untuk menentang mereka sehingga tindakan seperti itu tidak akan terulang lagi di masa depan,” jelasnya.