FILIPINA - Sedikitnya 169 orang dilaporkan tewas setelah badai topan dahsyat melanda Filipina pada Kamis (16/12).
Super Typhoon Rai - dengan kecepatan angin sekitar 195km/jam (120mph) - membuat sekitar 300.000 orang berlarian mencari keselamatan ketika menghantam pulau-pulau tenggara negara itu.
Tim penyelamat telah menggambarkan adegan "pembantaian total". Tetapi menentukan skala kerugiannya sulit, karena komunikasi ke sejumlah daerah telah terputus.
Ada kekhawatiran tanah longsor yang meluas dan banjir mungkin telah merenggut lebih banyak nyawa.
"Banyak daerah tidak memiliki listrik, tidak ada komunikasi, sangat sedikit air," kata ketua Palang Merah Filipina, Richard Gordon, kepada BBC.
Baca juga: AS Catat Jumlah Badai Terbanyak sejak 2004, Capai 59 Laporan
"Ada beberapa daerah yang tampaknya telah dibom lebih buruk daripada Perang Dunia Kedua,” lanjutnya.
Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah telah meluncurkan permohonan darurat mencari 20 juta franc Swiss (Rp311 miliar) untuk mendanai upaya bantuan jangka panjang.
Baca juga: Angin Topan Bikin India Evakuasi Ribuan Penduduk di Tengah Pandemi
"Tim darurat Palang Merah melaporkan pembantaian total di daerah pesisir," ujarnya.
"Rumah, rumah sakit, sekolah dan bangunan masyarakat telah hancur berkeping-keping,” terangnya.