Pemberontak di Ukraina Timur Tuding Pasukan Pemerintah Lancarkan Serangan Mortir

Rahman Asmardika, Jurnalis
Kamis 17 Februari 2022 14:10 WIB
Sisa peluru mortir 120mm Ukraina yang ditemukan di garis depan konflik anatar pasukan pemerintah dan pemberontak pro-Rusia di Ukraina timur, 17 Mei 2014. (Foto: Reuters)
Share :

MOSKOW – Militan separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur menuduh pasukan pemerintah pada Kamis (17/2/2022) melepaskan tembakan ke wilayah mereka empat kali dalam 24 jam terakhir. Mereka mengatakan masih berusaha memastikan apakah ada korban yang tewas atau terluka akibat serangan tersebut.

Tidak segera jelas seberapa serius insiden itu dan tidak ada reaksi langsung dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE), yang telah memantau situasi di Ukraina timur.

BACA JUGA: Temukan Kuburan Massal Warga Sipil di Ukraina, Rusia Buka Penyelidikan Kriminal

Militer Ukraina membantah tuduhan separatis tersebut, mengatakan pasukan pemberontaklah yang menembaki mereka.

Insiden seperti itu telah terjadi berkali-kali selama delapan tahun terakhir tetapi bentrokan ini terjadi setelah Rusia mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina sambil menuntut agar NATO berjanji untuk tidak menerima Ukraina sebagai anggota.

Barat telah mengancam Rusia dengan sanksi baru jika menyerang Ukraina; Rusia membantah merencanakan serangan apa pun.

Setiap eskalasi dalam konflik selama bertahun-tahun antara separatis yang didukung Rusia, yang merebut petak wilayah di Ukraina timur pada 2014, dapat memicu ketegangan antara Rusia dan Barat.

Badan-badan intelijen Amerika Serikat (AS) mengatakan bulan ini bahwa mereka yakin Rusia mungkin membuat dalih untuk invasi ke Ukraina, mungkin dengan memproduksi video yang menunjukkan serangan bertahap. Rusia menepis tuduhan itu.

Pernyataan tentang penembakan dibuat dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh perwakilan dari Republik Rakyat Luhansk yang memproklamirkan diri.

Dikatakan pasukan Ukraina telah menggunakan mortir, peluncur granat dan senapan mesin dalam empat insiden terpisah pada Kamis.

"Angkatan bersenjata Ukraina telah secara kasar melanggar rezim gencatan senjata, menggunakan senjata berat, yang menurut perjanjian Minsk, harus ditarik," kata separatis dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters.

Rusia mengatakan minggu ini bahwa pihaknya menarik kembali beberapa pasukan dari daerah yang berdekatan dengan Ukraina setelah latihan berakhir tetapi Kiev mengatakan tidak melihat bukti itu dan Amerika Serikat mengatakan pihaknya menduga Moskow sebenarnya telah meningkatkan kehadirannya sebanyak 7.000 tentara. 

Majelis rendah parlemen Rusia pada Selasa (15/2/2022) memberikan suara untuk meminta Presiden Vladimir Putin mengakui dua republik separatis yang memproklamirkan diri di Ukraina timur sebagai negara merdeka.

Kremlin telah mengisyaratkan Putin tidak memiliki rencana segera untuk melakukan itu.

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya