"Kami menghabiskan tiga hari di bawah penembakan brutal tanpa henti dan kemudian kami memutuskan itu adalah bunuh diri di kota atau bunuh diri di jalan, dan kami memilih jalan," katanya.
"Sekarang kita penuh dengan rasa bersalah, kita seharusnya membawanya bersama kita. Semua orang ini terjebak. Bagaimana mereka mendapatkan informasi? Mereka benar-benar terputus,” lanjutnya.
Pejabat setempat sebelumnya mengatakan penduduk sangat membutuhkan makanan, air dan obat-obatan karena blokade Rusia.
Dalam sebuah pernyataan pada Jumat (5/3), Komunitas Internasional Palang Merah menyebut adegan di Mariupol dan kota-kota Ukraina lainnya "memilukan" dan mengatakan pihaknya terus berdialog dengan pihak-pihak terait tentang perjalanan aman warga sipil dari berbagai kota yang terkena dampak konflik.
Tentara Ukraina sejauh ini menguasai Mariupol, tetapi Rusia telah menggempur daerah pemukiman dengan serangan udara, membuat seluruh penduduk hidup tanpa air, listrik atau sanitasi selama empat hari.
Pengeboman udara Rusia yang meningkat di kota-kota Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran bahwa itu akan beralih ke taktik penghancuran dari udara setelah gagal membuat kemajuan signifikan di lapangan.
Di Volnovakha - kota penting lainnya yang terletak di jalan antara Mariupol dan Donetsk yang dikuasai Rusia - bentrokan hebat telah terjadi dan sebagian besar wilayah telah diratakan oleh pemboman Rusia.
Ada sekitar 25.000 orang di sana dan pengeboman telah menyebabkan 90% bangunan di sana dilaporkan hancur.
Di tempat lain, pertempuran berlanjut di utara dan timur negara itu, dengan beberapa kota dibombardir oleh tembakan Rusia.
(Susi Susanti)