UKRAINA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan kengerian serangan teroris 11 Septemberi 2001 di Amerika Serikat (AS) saat ia memohon lebih banyak bantuan militer dalam pidato bersejarah di Kongres AS.
Zelensky mengatakan melalui tautan video bahwa Ukraina mengalami serangan teroris 9/11 setiap hari saat berperang melawan pasukan Rusia.
Dia mendesak para politisi AS untuk mengingat serangan di masa lalu yakni Pearl Harbor pada 1941 dan pada11 September 2001. Dia menegaskan Ukraina mengalami hal yang sama setiap hari.
"Dalam sejarah besar Anda, Anda memiliki halaman yang memungkinkan Anda memahami sejarah Ukraina. Pahami kami sekarang," katanya.
Baca juga: Presiden Ukraina: Jenderal Rusia Keempat Tewas Terbunuh
Dia juga merujuk pada pidato terkenal pemimpin hak-hak sipil AS Martin Luther King.
"Saya punya mimpi, kata-kata ini diketahui oleh Anda masing-masing - hari ini saya dapat mengatakan saya memiliki kebutuhan. Saya perlu melindungi langit," ujarnya.
Baca juga: Presiden Ukraina Minta Pasukan Rusia Menyerah, 90 Pesawat Tempur Hancur dan Banyak Tentara Ditangkap
Pemimpin Ukraina juga menunjukkan video serangan rudal di kota-kota negaranya dan mengakibatkan orang tewas dan terluka.
"Saya berharap Anda menjadi pemimpin dunia. Menjadi pemimpin dunia berarti menjadi pemimpin perdamaian,” terang Zelensky ke Biden secara langsung dalam bahasa Inggris.
Dalam kesempatan itu, dia kembali mendesak AS dan sekutu NATO untuk menegakkan zona larangan terbang di atas Ukraina.
Dia telah berulang kali meminta NATO untuk memberlakukan zona larangan terbang di wilayah udara negaranya, tetapi NATO menolak.
Zona larangan terbang di atas Ukraina berarti pasukan NATO harus terlibat langsung dengan pesawat Rusia yang terlihat di langit itu dan menembak mereka jika perlu.
Sebagai alternatif dari zona larangan terbang, Zelensky meminta sistem pertahanan udara dan pesawat terbang.
Dia sebelumnya telah meminta AS dan Uni Eropa untuk jet tempur MiG-29 Polandia, tetapi permintaan ini ditolak Biden karena khawatir ini akan menarik anggota NATO ke dalam perang.
Menanggapi video pidato Zelensky ini, Presiden AS Joe Biden akan menandatangani bantuan militer tambahan sebesar USD800 juta (Rp11 triliun) untuk Ukraina.
Laporan media AS mengatakan dana sebesar USD800 juta (Rp11 triliun) yang akan ditandatangani nanti akan digunakan untuk senjata anti-baju besi dan anti-pesawat, seperti Stingers dan Javelins.
Pendanaan tersebut ditutupi oleh tagihan pengeluaran untuk bantuan kemanusiaan, pertahanan dan ekonomi ke Ukraina yang telah disetujui oleh Kongres pekan lalu.
Setelah pidato tersebut, Ketua DPR Nancy Pelosi men-tweet bahwa itu adalah "hak istimewa yang berbeda" untuk mendengar informasi dari Presiden Ukraina. Dia juga mengatakan AS tidak tergoyahkan dalam komitmen kepada rakyat Ukraina karena mereka dengan berani membela demokrasi.
Pada tahun lalu, pemerintahan Biden telah menyediakan USD1,2 miliar (Rp17 triliun) dalam bentuk senjata untuk negara tersebut. New York Times melaporkan termasuk helikopter Mi-17, kapal patroli dan senjata ringan seperti peluncur granat dan senapan mesin.
Sementara itu, para menteri pertahanan NATO bertemu di Brussel untuk membahas tanggapan mereka terhadap invasi tersebut.
Biden diperkirakan akan melakukan perjalanan ke Brussel minggu depan untuk bertemu sekutu NATO dan berpartisipasi dalam pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa (UE).
Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan Presiden AS akan membahas upaya pencegahan dan pertahanan yang sedang berlangsung, serta menegaskan kembali komitmen negaranya kepada sekutu NATO-nya.
Pada Selasa (15/3), Perdana Menteri (PM) Polandia, Slovenia dan Republik Ceko bertemu Zelensky pada malam hari ketika jam malam dimulai di ibukota Ukraina, Kiev.
Setelah itu, pemimpin Ceko mengatakan kepada Ukraina bahwa mereka "tidak sendirian". Kelompok itu adalah pemimpin Barat pertama yang mengunjungi Ukraina sejak Rusia menginvasi bulan lalu.
(Susi Susanti)