Pada pertengahan April lalu, Turki juga mengirim pasukan ke Irak, menargetkan milisi Kurdi di wilayah utara Metina, Zap, dan Avasin-Basyan dalam apa yang disebut Operasi Claw-Lock. Baghdad mengutuk operasi itu sebagai pelanggaran kedaulatannya, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa.
Ankara telah melakukan beberapa operasi militer melawan Kurdi di Suriah utara yakni pada 2016, 2018 dan 2019.
Saat ini Turki mengendalikan sebagian dari provinsi Aleppo, Raqqa dan Hasakah di Suriah, selain mendukung militan di Idlib.
Milisi Kurdi di Suriah yang dikenal sebagai Unit Perlindungan Rakyat (YPG) telah bersekutu dengan AS dalam perjuangan mereka melawan Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS). Pada 2019, pasukan AS buru-buru mundur dari daerah itu sesaat sebelum invasi Turki. Mereka menarik diri dari kota-kota besar Raqqa dan Manbij, dan Tentara Suriah bersama dengan polisi militer Rusia menggantikan mereka.
Baik Damaskus maupun Moskow tidak mengomentari perkembangan sejauh ini.
Diketahui, Turki menganggap milisi Kurdi di Suriah utara sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) – sebuah organisasi militan yang terlibat dalam konflik selama beberapa dekade dengan Turki. Didirikan sebagai gerakan separatis yang mencari kemerdekaan untuk Kurdi, kemudian mengalihkan fokusnya ke otonomi yang lebih luas untuk Kurdi di Turki. Ankara menganggapnya sebagai kelompok teroris, seperti halnya Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan beberapa negara lain, seperti Kanada dan Australia.
(Susi Susanti)