Tangis Pilu PMI Korban Penyekapan di Kamboja: Tolong Selamatkan!

Inin Nastain, Jurnalis
Senin 01 Agustus 2022 17:43 WIB
Ilustrasi (Foto: Dok Okezone)
Share :

JAKARTA - Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) masih disandera di Kamboja sebagai korban trafficking atau perdagangan orang. Data tersebut berdasarkan keterangan dari pihak keluarga mereka dalam konferensi pers Migrant CARE secara daring dengan tema ‘Darurat PMI di Kamboja, Senin (1/8/2022).

IR, salah satu istri korban mengatakan, suaminya berangkat ke Kamboja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) pada 16 Juli lalu. Saat itu, suaminya diimingi-imingi akan mendapat gaji besar jika bekerja di salah satu perusahan di Kamboja.

“Berangkat ke Kamboja karena ditawarkan gaji yang fantastik dan niatnya mencari rezeki untuk keluarga. Sesampainya di sana, semuanya berbeda,” kata dia.

BACA JUGA:Bebaskan 55 WNI yang Disekap, Menlu Akan Bertemu Otoritas Kamboja untuk Langkah Berikutnya 

IR mengaku, sebelumnya tidak pernah mengetahui informasi tentang adanya perusahaan bodong, hingga akhirnya suaminya menjadi salah satu korban. “Keluarga dan teman-teman saya tidak ada yang mengetahui tentang berita sebelumnya. Saya berharap dan mohon untuk segera menjemput suami saya dan teman-temannya. Karena di sana dia tersiksa dan selalu ditekan untuk mencari omzet,” ujar IR.

Hal senada diungkapkan YT, keluarga korban dalam kasus yang sama. Sama seperti IR, YT mengaku, keluargnya sempat diiming-imingi gaji yang besar, saat ditawari pekerjaan itu.

“Ada seseorang yang menawarkan kepada istri saya, waktu itu. Karena adik saya pun tidak kerja, kami pun bingung. Jadi, ada yang menawarkan kerja kepada istri saya, pekerjaan di Kamboja, dengan gaji yang baik lah, sekitar 7-9 juta waktu itu ditawarkan kepada istri saya,” kata YT, terkait awal mula adiknya ikut bekerja.

BACA JUGA:Menlu : 55 WNI yang Disekap di Kamboja Telah Diselamatkan 

Selain tentang besaran gaji, jelas dia, tidak ada informasi lain yang disampaikan pihak yang menawarkan pekerjaan itu, termasuk di dalamnya jam kerja. Sebelum berangkat, jelas dia, pihak keluarga juga sempat diminta uang sebesar Rp4 juta.

“Jadi istri saya cerita, dan kami tertarik. Tidak ada cerita tentang jam kerja segala macam. Agen tersebut meminta biaya Rp4 juta kepada istri saya. Kami juga keluarga sempat debat waktu itu, kenapa harus bayar,” ujarnya.

“Ya karena ingin mempekerjakan adik kami, kami bersusah payah harus menjual emas gelang. Kami serahkan kepada sang agen, 3 hari kemudian selesai lah paspor. Adik saya tanpa training segala macam, diberangkatkan. Diberangkatkan dengan nol pengalaman,” lanjut YT.

Saat tiba di Kamboja, lanjut YT, adiknya menceritakan bahwa pekerjaan yang dijalaninya cukup berat. Bahkan, sempat mendapat penyiksaan, lantaran tidak masuk kerja. Padahal, lanjut YT, adiknya tidak masuk karena sakit, setelah bekerja sekitar 16 jam.

“Sampai di sana, dia tidak sanggup bekerja seperti itu, sehingga dia sakit, tidak masuk, dan besoknya ditegur. Besoknya lagi adik saya tertidur, karena jam kerjanya 16 jam. Jadi adik saya mendapatkan penyiksaan, penyekapan selama 2 hari. Saya berharap adik saya diselamatkan, dijemput. Segera dipulangkan dalam keadaan sehat walafiat,” jelas dia.

YT mengaku tidak mengetahui secara jelas agen yang memberangkatkan adiknya. Namun, keluarganya mengetahui orang yang menawarkan pekerjaan kepada istrinya itu.

“Agen ini saya tidak kenal. Istri saya kerja di perusahaan swasta. Teman istri saya yang memperkenalkan. Kita tahu keberadaan mereka, cuma kita tidak mengambil langkah-langkah hukum. Saya serahkan sepenuhnya kepada Migran Care,” ujarnya.

(Arief Setyadi )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya