Di Irak, ulama berpengaruh Muqtada al-Sadr memanfaatkan peringatan keagamaan emosional itu untuk membangkitkan dukungan bagi gerakannya, sehingga memperdalam perpecahan antar kelompok Syiah di negara itu. Irak, yang tidak dapat membentuk pemerintahan, terjerumus lebih jauh ke dalam kekacauan politik pekan lalu setelah ribuan pendukung al-Sadr menyerbu dan menduduki gedung parlemen. Aksi duduk mereka berlanjut di luar majelis, sehingga mustahil bagi anggota parlemen untuk bersidang.
Di pinggiran kota Sadr di Baghdad yang didominasi kaum Syiah, potret al-Sadr digantung di hampir setiap pintu. Sejumlah pria dan anak laki-laki menjalani prosesi ritual Asyura dengan memukuli kepala, dada, dan punggung mereka sampai berdarah.
(Rahman Asmardika)