Saat itu, perbincangan kami singkat karena pertempuran masih berlangsung dan ada ancaman serangan udara yang dilancarkan militer Afghanistan.
Beberapa bulan kemudian, ketika Taliban telah membentuk pemerintahan, BBC kembali menjumpai Ainudeen yang tengah bersiap menyantap sepiring ikan goreng di tepi Sungai Amu Darya yang membelah Afghanistan dan Uzbekistan.
Kepada BBC, Ainudeen mengaku merupakan seorang penembak jitu Taliban. Berdasarkan perkiraannya, dia telah membunuh puluhan personel militer Afghanistan dan telah mengalami cedera sebanyak 10 kali.
Setelah Taliban mengambil alih kekuasaan, dia diangkat sebagai Direktur Pertanahan dan Pembangunan Kota di Provinsi Balkh. Saat BBC bertemu dengannya pada hari-hari awal pembentukan pemerintahan Taliban, BBC bertanya apakah dia merindukan “jihad“ yang dia lama perjuangkan. Dia pun mengiyakan jawabannya dengan lugas.
Kini, setahun kemudian, Ainudeen duduk di belakang meja kayu dengan bendera Emirat Islam berwarna putih dan hitam di sebelahnya. Dia mengaku pentingnya jabatan yang dia emban.
“Dulu kami berperang melawan musuh kami dengan senjata api, Alhamdulillah kami mengalahkan mereka. Kini kami berusaha melayani rakyat dengan pena kami,” ujarnya.
Ainudeen mengaku dulu bahagia saat bertempur, tapi sekarang dirinya juga gembira bekerja di belakang meja.