"Saat kami memasuki Kabul, dan ketika Amerika pergi, itu adalah saat-saat yang menggembirakan," lanjutnya, yang kini menjadi anggota pasukan khusus yang menjaga istana presiden.
Tapi bagi warga Afghanistan biasa - terutama wanita - kembalinya Taliban hanya menambah kesulitan.
Awalnya, Taliban menjanjikan versi yang lebih lembut dari aturan keras yang menandai tugas pertama mereka berkuasa dari 1996 hingga 2001.
Tetapi banyak pembatasan telah dikenakan pada perempuan untuk mematuhi visi Islam yang keras dari gerakan tersebut.
Puluhan ribu anak perempuan telah dikucilkan dari sekolah menengah, sementara perempuan dilarang kembali ke banyak pekerjaan pemerintah.
Pada Mei lalu, mereka diperintahkan untuk sepenuhnya menutupi di depan umum, idealnya dengan burqa yang mencakup semua.
"Sejak hari mereka datang, hidup telah kehilangan maknanya," ujar Ogai Amail, seorang warga Kabul.
"Semuanya telah direbut dari kami, mereka bahkan telah memasuki ruang pribadi kami," lanjutnya.
Pada Sabtu (13/8/2022), para pejuang Taliban memukuli pengunjuk rasa wanita dan menembakkan senjata ke udara untuk membubarkan demonstrasi mereka di Kabul.