4. Carlos Filipe Ximenes Belo (Timor Leste)
Aktivis Timor Timur lainnya yang menerima hadiah Nobel adalah Carlos Filipe Ximenes Belo. Dia menerima penghargaan Nobel tahun 1996 dalam kategori Perdamaian bersama José Ramos-Horta. Dia merupakan seorang kepala gereja Katolik di Timor Timur yang menjadi aktivis dalam upaya kemerdekaan Timor Timur.
Pada 1994, Belo menulis surat terbuka yang berisi usulan kepada pemerintah Indonesia untuk mengizinkan Timor Timur mengadakan referendum demokratis tentang penentuan nasib sendiri. Referendum inilah yang membuka jalan bagi Timor Timur untuk mencapai kemerdekaan pada tahun 2002. Usahanya ini yang kemudin membawa Belo mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian di tahun 1996.
5. Maria Ressa (Filipina)
Pada 2021 lalu, Maria Ressa menerima penghargaan Nobel untuk kategori Perdamaian atas perjuangannya dalam kebebasan pers. Dia merupakan CEO dan salah satu pendiri dari situs berita online, Rappler. Sebelumnya, Ressa juga pernah menjadi reporter investigasi untuk CNN selama hampir dua dekade.
Dilansir dari Sindonews, The Guardian menyebut Ressa sebagai “jurnalis pemberani”. Sebagai seorang jurnalis, wanita kelahiran 2 Oktober 1963 ini telah mengungkap berbagai kejahatan dalam masa kekuasaan Presiden Rodrigo Duterte, seperti penyalahgunaan kekuasaan dan penggunaan kekerasan. (Mirsya Anandari Utami-Litbang MPI)
(Angkasa Yudhistira)