5 Tokoh Penerima Nobel Perdamaian dari Asia Tenggara, 2 Orang Asal Timor Leste

Tim Litbang MPI, Jurnalis
Selasa 13 September 2022 05:01 WIB
Jose Ramos Horta (Foto: Reuters)
Share :

PENGHARGAAN Nobel atau Nobel Prize merupakan penghargaan bergengsi yang diberikan kepada mereka yang telah memberikan kontribusi luar biasa pada masyarakat. Penghargaan yang diinisiasi oleh Alfred Nobel ini dikelola oleh Royal Swedish Academy, Karolinska Institutet, the Swedish Academy, dan Norwegian Nobel Comitte.

Setiap tahunnya, Penghargaan Nobel memberikan penghargaan dalam beberapa bidang keilmuan, antara lain fisika, kimia, kedokteran, sastra, ekonomi, termasuk juga perdamaian.

Nobel Perdamaian adalah kategori terakhir yang disebutkan Alfred Nobel dalam wasiatnya. Norwegian Nobel Comitte menjadi pihak yang bertanggung jawab dalam hasil keputusan kategori perdamaian. Tidak hanya wilayah Eropa saja, Penghargaan Nobel diberikan dalam skala global. Bahkan, ada beberapa tokoh dari Asia Tenggara yang berhasil memenangkan penghargaan tersebut.

Berikut 5 tokoh penerima Nobel Perdamaian dari Asia Tenggara.

1. Le Duc Tho (Vietnam)

Konflik antara Vietnam dan AS menemui titik temu dengan penandatanganan Perjanjian Damai Paris pada tahun 1973. Le Duc Tho yang menjadi delegasi Vietnam Utara berhasil bernegosiasi dengan penasihat keamanan nasional AS Kissinger untuk perjanjian gencatan senjata.

Tanpa ragu, Norwegian Nobel Comitte menetapkan Le Duc Tho dan Kissinger sebagai penerima Penghargaan Nobel Perdamaian tahun 1973. Namun, pria kelahiran 14 Oktober 1911 ini kemudian menolak hadiah tersebut dengan alasan pihak Amerika telah melanggar perjanjian tersebut.

2. Aung San Suu Kyi (Myanmar)

Aung San Suu Kyi menerima Penghargaan Nobel di bidang Perdamaian tahun 1991. Dia memulai perjuangan tanpa kekerasan untuk menuntut pelaksanaan demokrasi dan hak asasi manusia di Myanmar. Dia menentang penggunaan kekerasan dan meminta para pemimpin militer untuk menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sipil.

Karena berbagai protes yang dilayangkannya, wanita kelahiran 19 Juni 1945 ini ditempatkan dalam tahanan rumah pada 1989. Pihak militer sudah menawarkan pembebasan dengan syarat dia setuju untuk meninggalkan Myanmar.

Namun begitu, Aung San Suu Kyi menolak untuk meninggalkan Myanmar sampai negara itu dikembalikan ke pemerintahan sipil. Saat menerima Penghargaan Nobel, Aung San Suu Kyi masih menjadi tahanan rumah, sehingga sang anaklah yang menggantikannya untuk menerima penghargaan itu.

3. José Ramos-Horta (Timor Leste)

Aktivis politik Timor Leste José Ramos-Horta menerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1996 atas upayanya membawa perdamaian dan kemerdekaan ke Timor Timur. Dalam upaya pembebasan Timor-Timur dari Indonesia, Ramos-Horta melakukan upaya diplomasi dengan mencari dukungan dari berbagai negara, khususnya di PBB.

Usahanya dalam berdiplomasi dan membuat perjanjian perdamaian membuat José Ramos-Horta dianugerahi Penghargaan Nobel Perdamaian di tahun 1996.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya