CHINA – Kebijakan nol Covid-19 di China terus menuai banyak pertentangan. Kebijakan ini dianggap menyengsarakan warga dan menghancurkan kehidupan yang mereka jalani. Namun sepertinya pemerintah China tetap tidak mengindahkan hal itu dan konsisten dengan kebijakan nol Covid-19 tersebut.
Salah satu kisah terkait lockdown ini terlihat melalui salah satu video yang beredar di media sosial (medsos) China. Video itu menunjukkan beberapa bus yang berisi petugas polisi SWAT tiba di sebuah daerah bernama Lanzhou yang telah terkena 'lockdown' sejak awal Oktober lalu.
Salah satu video menunjukkan barisan petugas dengan pakaian hazmat berbaris di jalan. Beberapa video rekaman lainnya menunjukkan warga yang bentrok dengan petugas polisi berseragam yang memegang perisai dan memakai helm dan masker.
Baca juga: Kisah Bocah 3 Tahun Meninggal Diduga Akibat Kebocoran Gas saat Lockdown China, Picu Kemarahan Warga
CNN tidak dapat memverifikasi video secara independen, tetapi seorang penduduk yang tinggal di dekatnya mengkonfirmasi kepada CNN bahwa dia melihat polisi tim SWAT bergerak masuk.
Baca juga: Pekerja Pabrik iPhone China 'Kabur' karena Lockdown Covid-19, Pengamat: Produksi Bisa Terpengaruh
"Mereka berteriak 'satu, dua, satu' (ketika mereka berbaris di jalan) dengan sangat keras hingga terdengar dari jarak 500 meter," kata warga.
Dia menyesali “pencegahan dan penguncian epidemi yang berlebihan” di Lanzhou dan apa yang dia katakan adalah penyensoran yang semakin ketat.
“Sekarang, bahkan mengetahui kebenaran telah menjadi harapan yang luar biasa,” katanya.
“Siapa yang tahu berapa banyak insiden serupa yang terjadi di seluruh negeri?,” tanyanya.
Sementara itu, kasus lain terjadi yakni kematian seorang bocah lelaki berusia 3 tahun setelah dugaan kebocoran gas di kompleks perumahan yang terkena ‘lockdown’ di barat laut China. Insiden ini telah memicu gelombang kemarahan baru atas kebijakan ketat nol-Covid di negara itu.
Ayah anak laki-laki itu mengklaim dalam sebuah posting media sosial (medsos) pada Rabu (2/11/2022) bahwa pekerja Covid berusaha mencegahnya meninggalkan kompleks mereka di Lanzhou, ibu kota provinsi Gansu, untuk mencari perawatan bagi anaknya. Dia meyakini hal ini berakibat fatal pada kesehatan dan nyawa anaknya.
Ayah anak laki-laki itu mengatakan istri dan anaknya jatuh sakit sekitar tengah hari pada Selasa (1/11/2022), menunjukkan tanda-tanda keracunan gas. Menurut postingan media sosial pria itu, kondisi sang ibu membaik setelah menerima CPR dari sang ayah, tetapi bocah itu mengalami koma.
Sang ayah mengatakan dia melakukan banyak upaya untuk memanggil ambulans dan polisi tetapi gagal. Dia mengatakan dia kemudian pergi untuk meminta bantuan dari pekerja Covid yang memberlakukan penguncian di kompleks mereka, tetapi ditolak dan disuruh mencari bantuan dari pejabat di komunitasnya atau memanggil ambulans sendiri.
Sang ayah mengklaim di pos media sosialnya bahwa polisi tidak muncul sampai dia membawa putranya ke rumah sakit. Namun polisi setempat mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa (1/11/2022) malam bahwa mereka segera bergegas ke tempat kejadian setelah menerima panggilan bantuan dari masyarakat, dan membantu mengirim dua orang, termasuk anak itu, ke rumah sakit pada 14 menit kemudian.
Pernyataan polisi mengatakan anak itu meninggal karena keracunan karbon monoksida dan ibunya tetap di rumah sakit dalam kondisi stabil. Tetapi tidak disebutkan apakah tindakan penguncian telah menyebabkan perawatan mereka jadi tertunda.
(Susi Susanti)