Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Garut Satria Budi mengatakan, selain faktor tingginya intensitas hujan, banjir yang terjadi di Desa Sukahurip itu juga dipengaruhi oleh perilaku manusia yang membuang sampah ke sungai.
"Selain itu di lokasi tersebut tidak ada saluran drainase, yang akibatnya tumpahan air dari sungai dan hujan di permukiman berkumpul pada satu titik. Kondisi ini membuat kontur tanah menjadi jenuh hingga menyebabkan longsor pada bagian tebing yang membuat satu rumah warga rusak parah," jelas Satria Budi.
Satria Budi sendiri akan menunggu assesment yang dilakukan pemerintah kecamatan terkait dampak kerugian yang terjadi. Hal itu, kata dia, dapat menentukan apakah rumah warga yang mengalami kerusakan parah mendapat bantuan perbaikan atau tidak.
"Biasanya warga akan memperbaiki sendiri kerusakan pada rumahnya. Kecuali jika mengajukan permohonan bantuan, akibat tidak mampu misalnya, nanti akan ada bantuan perbaikan," katanya.
Satria Budi membenarkan jika curah hujan di sebagian wilayah Garut sepanjang Jumat kemarin cukup tinggi. Selain mengakibatkan bencana di Kecamatan Pangatikan, hujan deras juga mengakibatkan satu rumah di Kampung Nagrog Kulon RT02 RW10, Desa Sindangalih, Kecamatan Karangpawitan roboh.
"Menurut informasi dari unsur Pemerintah Kecamatan Karangpawitan, rumah tersebut memang sudah tidak layak huni. Hujan yang mengguyur terus menerus dengan intensitas tinggi mengakibatkan rumah tersebut rusak berat," ucapnya.
Adapun rumah roboh ini merupakan milik seorang lansia bernama Imot (86), yang dihuni oleh empat jiwa. Saat ini, Imot dan keluarganya telah diungsikan ke rumah kerabatnya.
"Seperti yang telah kami sampaikan beberapa waktu lalu, masyarakat terus diimbau untuk mewaspadai bencana. Apalagi menurut BMKG curah hujan di wilayah Garut akan terus berlangsung hingga Januari 2023 mendatang," tandasnya.
(Khafid Mardiyansyah)