Putin di Balik Jatuhnya Pesawat Malaysia Airlines MH17, Dituduh Pasok Rudal

Tim Okezone, Jurnalis
Sabtu 11 Februari 2023 06:30 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin (Foto: Reuters)
Share :

BELANDA – Presiden Rusia Vladimir Putin diduga kuat pemasok rudal yang menembak jatuh Malaysia Airlines MH17 pada 2014. Pesawat dihantam rudal buatan Rusia di atas Ukraina hingga menewaskan hampir 300 orang.

Hal tersebut diungkap penyelidik internasional. Sementara Jaksa menyebutkan, ada bukti Putin memutuskan memasok persenjataan berat kepada separatis yang didukung Moskow.

BACA JUGA:Putin Dituding Pasok Rudal yang Tembak Jatuh Pesawat Malaysia Airlines MH17, Rusia Bantah Tuduhan 

Meski, tidak ada pernyataan, Putin memerintahkan pesawat untuk ditembak jatuh. Adapun kesimpulan Tim Investigasi Gabungan, yang terdiri dari penyelidik dari lima negara mengikuti putusan pengadilan Belanda tahun lalu.

Yakni, menemukan dua orang Rusia dan seorang Ukraina bersalah atas pembunuhan in absentia. Menyusul adanya tuduhan keterlibatan Putin, Moskow langsung membantahnya.

Moskow membantah semua keterlibatan dalam jatuhnya pesawat dan menolak vonis tersebut sebagai skandal dan bermotivasi politik.

BACA JUGA:Gempa Dahsyat M7,8 Guncang Turki hingga Suriah, Putin Kirim Ucapan Belasungkawa dan Tawarkan Bantuan 

Sementara tim internasional yang bertugas menyelidiki mereka yang bertanggung jawab atas peluncuran rudal itu, mengatakan, pada Rabu bahwa mereka telah kehabisan semua petunjuk dan tidak dapat melanjutkan proses pidana lagi.

Tim Investigasi Gabungan mengutip pengadilan Belanda yang tahun lalu memutuskan Moskow memiliki "kendali menyeluruh" atas Republik Rakyat Donetsk, yang menguasai daerah itu pada Juli 2014.

Hal tersebut menggambarkan percakapan telepon yang direkam. Di mana, para pejabat Rusia mengatakan keputusan untuk memberikan dukungan militer bergantung pada Presiden.

"Ada informasi konkret bahwa permintaan separatis itu disampaikan kepada presiden, dan permintaan itu dikabulkan," ujarnya.

Ia mengatakan, tidak diketahui apakah permintaan tersebut secara eksplisit menyebutkan sistem yang digunakan untuk menembak jatuh MH17.

"Meskipun kami berbicara tentang indikasi kuat, bukti lengkap dan konklusif yang tinggi tidak tercapai," ujarnya.

"Selain itu, Presiden menikmati kekebalan dalam posisinya sebagai Kepala Negara,” ujarnya.

Sementara Tim Investigasi Gabungan (JIT) terdiri dari anggota dari Belanda, Australia, Belgia, Malaysia, dan Ukraina - negara-negara yang paling parah terkena dampak penembakan MH17. Tim tersebut ingin membuktikan identitas awak rudal tersebut, dan siapa yang berada dalam rantai komando.

Meski, diakui bahwa hal tersebut tidak mungkin dilakukan untuk saat ini.

Jaksa Agung Ukraina Andriy Kostin mengatakan, akan berusaha menggunakan semua mekanisme hukum internasional yang ada untuk membawa Putin ke pengadilan terkait MH17.

Piet Ploeg yang kehilangan saudara laki-lakinya, istri saudara laki-lakinya, dan keponakannya di MH17 mengaku senang, jaksa telah meletakkan bukti mereka untuk keterlibatan Putin.

"Semua berita yang kami dengar tentang Putin dan keterlibatan pribadinya dalam menjatuhkan MH17 - memfasilitasi dengan senjata berat, fakta bahwa dia memutuskan secara pribadi untuk menyerahkan senjata berat ... kami selalu mengira dia melakukannya, tetapi sekarang kami mendengar dia melakukannya," katanya kepada BBC.

"Dia tidak bisa dituntut karena dia kepala negara, tapi dunia tahu,” ujarnya.

Perdana Menteri (PM) Belanda Mark Rutte mengatakan sekarang jelas jika Putin terlibat dalam tragedi tersebut. “Ini sesuai dengan pola seorang pria dan negara hanya peduli dengan mencoba memperlambat segalanya, menyebarkan kebohongan, ketidakadilan dan tentu saja bentuk agresi yang mengerikan sejak perang di Ukraina,” tuturnya.

Meski, Rutte mengaku kecewa karena tidak ada cukup bukti untuk menuntut penuntutan lebih lanjut. Namun, pihaknya tetap bersikeras bahwa itu tidak berarti proses peradilan pidana telah berakhir.

Pada Januari lalu, Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa menegaskan akan mendengarkan kasus Belanda yang terpisah melawan Rusia atas jatuhnya MH17.

Adapun peristiwa itu terjadi saat Boeing 777 sedang terbang dari ibu kota Belanda ke Kuala Lumpur ketika dihantam oleh rudal darat-ke-udara buatan Rusia pada Juli 2014 selama konflik antara pemberontak pro-Rusia dan pasukan Ukraina di wilayah Donbas Ukraina.

Dari 298 penumpang dan awak, 196 orang Belanda sementara banyak penumpang lainnya berasal dari Malaysia, Australia, Inggris, Belgia, dan negara lain.

(Arief Setyadi )

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya