Tapi sebagian besar belum diberangkatkan, katanya, sebelum diduga bisa jadi disengaja.
Dan sebagai tanda ‘keretakan’ lebih lanjut, pada Senin (6/3/2023), Prigozhin mengatakan perwakilannya tidak dapat mengakses markas besar komando militer Rusia. Tidak jelas di mana markas itu berada.
Prigozhin mengatakan itu terjadi setelah dia menulis kepada Kepala operasi militer khusus Rusia, Valery Gerasimov, tentang kebutuhan mendesak untuk memberi amunisi.
Secara terpisah, dalam sebuah video yang diunggah pada Sabtu (4/3/2023) - tetapi tampaknya direkam pada Februari lalu - Prigozhin mengatakan anak buahnya takut bahwa mereka "dijebak" sebagai kambing hitam jika Rusia kalah perang di Ukraina.
"Jika kita mundur, kita akan tercatat dalam sejarah sebagai orang yang mengambil langkah utama untuk kalah perang," katanya, dikutip BBC.
“Dan inilah tepatnya masalah kelaparan peluru [kekurangan amunisi]. Ini bukan pendapat saya, tapi pendapat para pejuang biasa,” lanjutnya.