Sementara itu, PM alestina Mohammed Shtayyeh mengutuk serangan mematikan di Nablus dan mengatakan dia menganggap pemerintah Israel bertanggung jawab atas "kejahatan terhadap rakyat Palestina", menurut kantor berita Wafa.
Pusat Nablus telah menjadi tempat persembunyian bagi kelompok militan Sarang Singa, dan telah sering terjadi serangan oleh pasukan Israel selama setahun terakhir, membunuh warga sipil dan militan, karena gelombang serangan mematikan Palestina yang menargetkan warga Israel terus berlanjut.
Banyak orang Palestina melihat kelompok bersenjata yang muncul di Nablus dan Jenin sebagai satu-satunya bentuk perlawanan yang efektif terhadap pendudukan militer Israel, yang sekarang sudah memasuki tahun ke-56.
Otoritas Palestina (PA) yang didukung Barat, yang dilihat oleh banyak warga biasa Palestina sebagai lemah dan tidak efektif, telah kehilangan kontrol keamanan terhadap kelompok-kelompok di sebagian besar Tepi Barat utara. Upaya yang didukung AS untuk memperkuat cengkeraman PA tampaknya sejauh ini gagal, sementara kelompok hak asasi manusia mengkritik Israel karena berulang kali menggunakan kekuatan berlebihan di wilayah sipil yang menargetkan militan.
Dalam insiden terpisah pada Kamis (4/5/2023) tepat di sebelah selatan Nablus, pasukan Israel menembak mati seorang wanita Palestina setelah dia diduga menikam seorang tentara Israel di kota Hawara. IDF mengatakan tentara itu menderita luka ringan.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, wanita yang bernama Iman Odeh itu ditembak di dada dan meninggal karena luka-lukanya setelah dibawa ke rumah sakit.
Sejak awal tahun ini, lebih dari 100 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel. Delapan belas orang Israel, satu Ukraina dan satu Italia telah tewas dalam serangan oleh Palestina.
(Susi Susanti)