Ia melihat keberadaan Kamboja dan Laos, yang tidak punya kepentingan di Laut China Selatan, dapat mempersulit jalannya perundingan untuk menyepakati kode etik tersebut. Juga sikap Myanmar, yang masih di bawah rezim tidak sah, dan selama ini bersikap pasif. Satu-satunya cara menyelesaikan soal kode etik ini adalah kembali mengajukannya ke pengadilan arbitrase.
“Semua negara yang berseteru yang memiliki sengketa: Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina ramai-ramai bawa ke abitrase. Kalau China tetap tidak mau ikut, kita sudah siap untuk konflik,” ujarnya.
Laut China Selatan merupakan jalur penting untuk perdagangan global, di mana lebih dari sepertiga perdagangan dunia melewati perairan tersebut. Laut China Selatan juga memiliki potensi besar di sektor perikanan, dan ditengarai memiliki banyak cadangan minyak dan gas yang masih belum dieksplorasi. Itu sebabnya Laut China Selatan tidak saja menjadi kawasan yang memiliki kepentingan ekonomi bagi China dan ASEAN, tetapi juga seluruh dunia.