Sigit menyebut, tradisi Mubeng Beteng sejatinya bukan hajatan dari Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat, namun hajatan kawulo dalem. Artinya, hajatan dari masyarakat yang memiliki keinginan agar negara Ngayogyakarto Hadiningrat menjadi negara yang Ayem Tentrem Gemah Ripah Loh Jinawi.
“Kenapa zaman Sri Sultan HB I masyarakat melakukan ritual mubeng beteng, karena di sana merupakan pusat pemerintahan di mana tubuh Yogyakarta atau jantungnya Yogyakarta ada di sana,” katanya.
Ketika Laku Prihatin tidak dilaksanakan, maka nilai-nilai luhur terkait tuntutan hidup, pergaulan dan spritual akan hilang terbawa moderinasi perkembangan jaman yang lebih wah. Hal ini juga mengancam akan hilangnya nilai andhap ansor, lemah lembut yang terbawa tradisi baru. Jika ini dibiarkan maka tradisi akan hilang tergantikan tradisi dari mancanegara.
(Qur'anul Hidayat)