Ledakan Besar-besaran di Depot Amunisi Rusia di Krimea, Paksa Ribuan Orang Mengungsi

Susi Susanti, Jurnalis
Kamis 20 Juli 2023 12:10 WIB
Ledakan besar di depot amunisi Rusia di Krimea (Foto: Reuters)
Share :

RUSIA - Serangkaian ledakan menggelegar melalui fasilitas penyimpanan amunisi Rusia di Krimea yang diduduki pada Rabu (19/7/2023), memaksa ribuan penduduk di daerah terdekat melarikan diri dan mendorong para pemimpin di sana untuk mengalihkan lalu lintas menjauh dari jalan raya setempat.

Rekaman menunjukkan asap dan api bergulung di lokasi dekat Stary Krym di distrik Kirorvsky Krimea, di mana ledakan terdengar selama enam jam setelah ledakan awal.

Menurut media pemerintah Rusia, kepala parlemen Krimea mengatakan bahwa diperlukan waktu dua hari untuk sepenuhnya memadamkan api.

Penyebab ledakan belum bisa dipastikan. Pemimpin Krimea yang didukung Rusia, Sergey Aksyonov, mengatakan di Telegram bahwa kebakaran terjadi di tempat latihan militer. Askenov mengatakan penduduk dari empat desa sekitar – lebih dari 2.000 orang – sedang dievakuasi.

Ledakan tersebut adalah yang terbaru dalam serangkaian insiden baru-baru ini yang mengguncang Krimea, semenanjung Ukraina yang direbut secara ilegal oleh Rusia pada 2014. Pada Senin (17/7/2023), Ukraina mengaku bertanggung jawab atas serangan yang merusak bagian jembatan yang menghubungkan Krimea ke Rusia, jalur pasokan penting untuk Invasi Moskow dan proyek pribadi untuk Presiden Vladimir Putin.

Kyiv belum mengomentari ledakan yang terjadi pada Rabu (19/7/2023) di tempat latihan Krimea. Saluran Telegram Grey Zone pro-Rusia mengklaim bahwa rudal Storm Shadow Ukraina menghantam depot tersebut, namul hal tersebut tidak dapat segera dikonfirmasi.

Adapun kelompok pemberontak Ukraina di Krimea bernama Atesh merayakan kebakaran itu tetapi mengatakan tidak bertanggung jawab atas kejadian itu.

Sementara itu, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan jika Pesiden telah diberi pengarahan tentang ledakan di gudang amunisi.

Rusia telah membalas serangan Ukraina di jembatan tersebut dengan meluncurkan serangan udara brutal selama dua hari di kota pelabuhan strategis Odesa di Ukraina selatan, merusak infrastruktur utama dan melukai warga sipil.

Angkatan Udara Ukraina mengatakan rentetan Kremlin semalam termasuk rudal jelajah Kalibr, Kh-22 dan Oniks, dan UAV Shahed-136/131 buatan Iran. Angkatan Udara menambahkan bahwa serangan itu menghancurkan 14 rudal jelajah dan 23 drone.

Wartawan CNN di Odesa mendengar pengeboman hebat pada Rabu (19/7/2023) dini hari waktu setempat.

Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim pihaknya menargetkan fasilitas militer dan bahan bakar di Odesa dengan “senjata berbasis laut dan udara presisi tinggi.”

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Moskow dengan sengaja melancarkan serangan pada "infrastruktur kesepakatan biji-bijian" utama, setelah Kremlin pada Senin (17/7/2023) menarik diri dari perjanjian yang memungkinkan biji-bijian diekspor melalui laut dari pelabuhan Ukraina yang jika tidak diblokade oleh Rusia.

Dia mengatakan itu adalah upaya "terbesar" oleh Rusia untuk "melukai Odesa" sejak invasi dimulai pada Februari 2022, menambahkan bahwa sekitar "satu juta ton makanan" disimpan di pelabuhan yang diserang pada Rabu (19/7/2023).

“Semua orang terpengaruh oleh teror Rusia ini,” tambah pemimpin Ukraina itu.

Kementerian Pertanian Ukraina mengatakan kerusakan yang melanda infrastruktur ekspor biji-bijian di Odesa dan pelabuhan terdekat Chornomorsk, akan memakan waktu setidaknya satu tahun untuk pulih sepenuhnya.

“Ini adalah tindakan teroris tidak hanya terhadap Ukraina, tetapi juga terhadap seluruh dunia. Ketahanan pangannya sekali lagi terancam. Kemanusiaan disandera oleh negara teroris yang memeras dunia dengan kelaparan,” kata Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solskyi dalam pernyataan pada Rabu (19/7/2023).

Walikota Odesa Hennadii Trukhanov menyebut pemboman itu sebagai "salah satu malam paling mengerikan" dalam perang.

“Kami tidak mengingat skala serangan seperti itu sejak awal invasi skala penuh,” katanya di Facebook.

Tidak ada korban yang dilaporkan. Namun kota itu diguncang oleh ledakan dan beberapa orang terluka oleh peluru kendali Rusia yang jatuh, termasuk seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun.

Menurut seorang pejabat yang didukung Rusia, lebih jauh ke timur, dua warga sipil tewas dan tujuh lainnya terluka oleh penembakan Ukraina di beberapa bagian wilayah yang dikuasai separatis di wilayah Donetsk timur.

Kepala separatis Republik Rakyat Donetsk (DPR), Denis Pushilin, di Telegram, mengatakan beberapa rumah, dua sekolah dan rumah sakit rusak.

Serangan Ukraina di jembatan Krimea merupakan pukulan logistik dan simbolis bagi kampanye militer Moskow yang goyah. Jembatan itu adalah arteri penting untuk memasok semenanjung dengan kebutuhan sehari-hari dan pasokan untuk militer, selain bahan bakar dan barang untuk warga sipil.

Jembatan senilai USD3,7 miliar, yang panjangnya 12 mil, adalah arteri penting untuk memasok semenanjung dengan kebutuhan sehari-hari dan pasokan untuk militer Rusia, selain bahan bakar dan barang untuk warga sipil.

Serangan itu adalah operasi gabungan dari Dinas Keamanan Ukraina (SBU) dan angkatan laut Ukraina. Serangan itu menewaskan sepasang suami istri dan membuat putri mereka terluka.

(Susi Susanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya