5 Solusi Ridwan Kamil Atasi Polusi Udara di Jabar

Ervand David, Jurnalis
Senin 28 Agustus 2023 08:36 WIB
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. (iNews/Ervand David)
Share :

BANDUNG – Sejumlah daerah di Jawa Barat masuk dalam kategori berpolusi tinggi. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut sudah menginstruksikan ke seluruh daerah untuk mulai berbenah untuk memperbaiki kualitas udara.

Berdasarkan data dari IAair, Karawang menjadi daerah yang berpolusi tinggi dengan AQI US 160 dan polutan utamanya adalah PM 2.5. Disusul Depok dengan AQI US 155, Bandung dengan AQI US 146, Bogor dengan AQI US 133, dan Bekasi dengan AQI US 108.

Merespons hal tersebut, Ridwan Kamil menyebut udara kotor selalu ada di mana-mana. Ia juga sudah menginstruksikan ke seluruh daerah untuk mulai berbenah memperbaiki kualitas udara.

Selain itu, berbagai upaya sedang dilakukan untuk mengurangi polusi udara di Jawa Barat. Pertama, transisi tenaga listrik menggunakan sumber daya atau ramah lingkungan sedang dilakukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Waduk Cirata, Purwakarta.

Selain pembangkit listrik ramah lingkungan, Ridwan Kamil mengaku sudah memintai PLN untuk memberikan diskon tarif listrik.

“Kita juga sudah meminta PLN agar mendiskon listriknya karena banyak pabrik itu pakai genset sendiri karena lebih murah,” katanya di Bandung, Minggu (27/8/2023).

Selanjutnya, peralihan kendaraan berbasis BBM ke tenaga listrik juga sedang digalakkan oleh pemerintah.

“Kedua mengubah menggeser mobil-mobil berbasis BBM ke mobil listrik,” ujarnya.

Ridwan Kamil mengaku sudah mengusulkan tambahan subsudi motor listrik ke pemerintah pusat.

Selain langkah tersebut, pelayanan publik bisa menerapkan sistem dynamic working arrangement maupun work from home (WFH).

“Ketiga pergerakan dikurangi tapi hidup tetap produktif. Jadi di 5 daerah ini saya sudah perintahkan agar mengikuti Pemprov Jabar yang sudah menerapkan permanen WFH,” tuturnya.

Selanjutnya, razia emisi kendaraan. “Razia-razia untuk emisi ini banyak yang belum melakukan itu di daerah-daerahnya,” ucapnya.

Terakhir adalah rekayasa cuaca. Hal ini diperlukan lantaran musim kemarau baru berakhir Oktober mendatang.

“Terakhir kebijakan-kebijakan udara bersih kita bisa juga melalui rekayasa cuaca seperti BMKG. Kenapa? Karena musim kemarau kita belum berakhir sampai Oktober. Inilah strategi arahan untuk mengurangi polusi di 5 daerah Jabar,” tuturnya.

(Erha Aprili Ramadhoni)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya