Saat ini pemerintah hanya dapat menggunakan helikopter water bombing yang ada secara bergantian. Hal itu disesuaikan dengan tingkat keparahan dari karhutla.
"(Jumlah heli) 22 ini yang kami oper-oper. Jadi mana provinsi yang kebakarannya pesat kami langsung kirim ke sana. Dan dipadukan dengan teknologi modifikasi cuaca (TMC). Nah terkadang di akhir September seperti ini, cuaca atau awan hujan tidak terbentuk sehingga mendatangkan hujan agak susah juga," papar dia.
"Tapi ini kami bekerja terus untuk karhutla ini mudah-mudahan tidak seperti kasus di 2015 dan 2019," sambungnya.
Pihaknya juga sudah membuat sejumlah strategi untuk mengatasi kekeringan. Dia menyebut ada pula formulasi siaga darurat kekeringan.
"Untuk kekeringan, kami juga dengan daerah juga sudah membuat semacam status lebih soft gitu. Biasanya BNPB bisa turun setelah ada darurat. Nah, sekarang kami membuat formulasi siaga darurat kekeringan," tuturnya.
(Awaludin)