“Kita tertinggal beberapa dekade,” ujarnya.
“Kita harus mengganti waktu yang terbuang dengan menyeret kaki, memutarbalikkan tangan, dan keserakahan dari pihak-pihak yang sudah mengakar dan meraup miliaran dolar dari bahan bakar fosil,” tambahnya.
Konferensi satu hari ini – yang diadakan ketika dunia sedang bergulat dengan banjir dan kebakaran dahsyat – dimaksudkan untuk membangun momentum global menuju pengurangan polusi yang menyebabkan pemanasan global menjelang KTT iklim COP28 PBB di Dubai pada Desember mendatang.
KTT yang digelar pada Rabu (20/9/2023) ini tidak biasa karena keputusan Guterres untuk membatasi daftar pembicara hanya pada negara-negara yang dianggapnya memiliki rencana iklim yang jelas dan efektif, dan negara-negara yang siap mengirim pemimpin tingkat tinggi untuk berbicara.
Dari hampir 200 negara yang hadir di New York untuk menghadiri Majelis Umum, hanya 34 negara dan tujuh lembaga non-pemerintah yang mendapatkan kursi sebagai pembicara di pertemuan puncak PBB.
Yang tidak hadir dalam daftar pembicara adalah beberapa negara penghasil polusi terbesar di dunia, termasuk China atau Tiongkok, India, dan Amerika Serikat (AS), meskipun utusan iklim AS John Kerry juga hadir.