BANDUNG - Para pengemudi angkutan kota berharap ada solusi atas rencana penggantian angkutan kota (angkot) menjadi mikrobus mulai tahun 2024 mendatang. Mereka menolak rencana tersebut.
Salah seorang sopir angkot Sofyan mengaku menolak kehadiran mikrobus. Menurut dia, pendapatan sebagai sopir angkot pasti akan semakin kecil dengan adanya mikrobus yang disediakan Pemkot Bandung. Bahkan, jika diganti secara permanen, dia bakal kehilangan mata pencaharian.
"Saya menolak kalau tidak diikutsertakan (di mikrobus). Sekarang sopir angkot pendapatannya kecil, buat makan sehari-hari untuk keluarga saja sudah alhamdulillah," kata Sofyan.
Menurut dia, selama ini pengemudi angkot sudah sangat tersiksa dengan banyak program pemerintah seperti bus sekolah, zonasi, dan kemudahan ojek sampai taksi daring (online). Banyaknya transportasi massal membuat masyarakat yang memanfaatkan angkot makin berkurang.
Jika dulu pendapatan mencukupi buat setoran dan lainnya, sekarang pada pagi hari dari Ledeng ke Margahayu hanya mendapatkan pemasukan Rp15.000. Padahal sekali jalan dari satu terminal ke terminal lainnya bahan bakar minyak (BBM) yang dihabiskan sekitar 25.000.
Kondisi ini yang membuat Sofyan dan sopir angkot lain di Terminal Margahayu menolak keberadaan mikrobus meski tidak masuk ke semua jalur angkot biru ini.
"Kecuali kalau memang supir ini semua dipekerjakan di mikrobus itu ya bagus, tapi kalau tidak ya jelas kita rugi. Sekarang yang naik angkot sedikit apalagi nanti kalau ada mikrobus," kata dia.