Perdana Menteri (PM) Armenia Nikol Pashinyan memperkirakan tidak akan ada lagi warga Armenia yang tersisa di Nagorno-Karabakh dalam beberapa hari mendatang.
Ketakutan akan kekerasan baru muncul ketika Azerbaijan melancarkan blokade efektif terhadap rute penting menuju wilayah kantong tersebut pada Desember 2022.
Pada 20 September lalu, gencatan senjata mengakhiri pertempuran selama 24 jam.
Namun banyak dari 120.000 etnis Armenia di wilayah tersebut khawatir mereka tidak memiliki masa depan di Nagorno-Karabakh. Pashinyan mengatakan “pembersihan etnis” telah dimulai di wilayah tersebut.
Pada Kamis (28/9/2023), ia menyerukan tindakan internasional atas masalah ini.
“Jika kecaman tidak diikuti dengan keputusan politik dan hukum yang memadai, maka kecaman tersebut menjadi tindakan kesepakatan dengan apa yang terjadi,” katanya kepada anggota kabinetnya, dikutip BBC.
Pemerintah negara-negara Barat telah menekan Azerbaijan untuk mengizinkan pengamat internasional memasuki Karabakh untuk memantau perlakuan negara tersebut terhadap penduduk setempat, namun akses tersebut belum diberikan.