SERANGAN mendadak Hamas pada Sabtu, (7/10/2023), yang disebut sebagai Operasi Badai Al Aqsa sangat mengejutkan Israel dan merupakan yang paling mematikan yang terjadi di Negara Zionis itu sejak 1973. Israel menyebut Komandan Sayap Militer Hamas, Muhammad Deif sebagai dalang dari serangan ini.
Dalam rekaman audio yang disiarkan saat Hamas menembakkan ribuan roket dari Gaza pada Sabtu, Deif, mengisyaratkan serangan itu sebagai balasan atas serangan Israel di masjid Al Aqsa di Yerusalem.
Serangan yang terjadi pada Mei 2021 itu membuat marah dunia Arab dan umat Muslim dunia. Setelah serangan itulah Deif mulai merencanakan operasi Badai Al Aqsa, yang hingga saat ini telah menewaskan lebih dari 1.200 orang di Israel, menurut sumber yang dekat dengan Hamas di Gaza.
“Hal ini dipicu oleh adegan dan rekaman Israel menyerbu masjid Al Aqsa selama bulan Ramadhan, memukuli jamaah, menyerang mereka, menyeret orang tua dan pemuda keluar dari masjid,” kata sumber tersebut sebagaimana dilansir Reuters. "Semua ini memicu dan menyulut kemarahan."
Penyerbuan kompleks masjid tersebut, yang telah lama menjadi titik kekerasan terkait masalah kedaulatan dan agama di Yerusalem, turut memicu pertempuran selama 11 hari antara Israel dan Hamas.
Lebih dari dua tahun kemudian, operasi Badai Al Aqsa Hamas mendorong Israel untuk menyatakan perang dan melancarkan serangan balasan ke Gaza yang telah menewaskan lebih dari 800 orang pada Selasa, (10/10/2023).