Penasihat Netanyahu Soroti Rapuhnya Kesepakatan Pembebasan Sandera

Susi Susanti, Jurnalis
Jum'at 24 November 2023 16:32 WIB
Penasihat Netanyahu soroti lemahnya kesepakatan pembebasan sandera dengan Hamas (Foto AFP)
Share :

GAZA – Seorang penasihat senior Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berbicara tentang rapuhnya kesepakatan pembebasan sandera dengan Hamas, dan mengatakan bahwa dia tetap berharap perjanjian itu akan terus berjalan.

“Seperti (Presiden AS Joe) Biden, saya pikir warga Israel berharap hal ini benar-benar terjadi, dan kita akan melihat 13 warga Israel kembali besok. Itu harapan kami. Tapi kita harus menunggu dan melihat. Kami tahu dengan siapa kami berhadapan. Hamas adalah organisasi teroris yang brutal dan kejam dan kita harus siap menghadapi hal-hal yang tidak terduga,” kata Mark Regev, penasihat senior Netanyahu, di The Situation Room CNN.

Seperti diketahui, sencatan senjata antara Israel dan Hamas dijadwalkan akan dimulai pada Jumat (24/11/2023) pukul 07.00 waktu setempat (tengah malam ET), dengan 13 sandera sipil akan dibebaskan oleh Hamas beberapa jam kemudian.

Menurut negosiator kesepakatan utama Qatar, lebih banyak lagi sandera yang akan dibebaskan, dengan total 50 sandera diperkirakan akan dibebaskan dalam waktu empat hari. Sedangkan tahanan Palestina juga akan dibebaskan secara bertahap.

Pembebasan sandera awalnya seharusnya dilakukan pada Kamis (23/11/2023) tetapi ditunda hingga Jumat (24/11/2023). Regev mengatakan dia tidak bisa menjelaskan secara rinci mengapa rencana itu diundur satu hari pun.

“Yang bisa saya katakan adalah saya berharap hal itu akan terjadi besok. Seperti Presiden Biden, saya tetap berharap,” lanjutnya.

"Itulah pemahaman yang telah dicapai. Dan itulah yang kami harapkan. Meskipun pahit manisnya, karena jika kami mendapatkan 50 sandera pulang, ada masih ada 190 orang di tawanan Hamas yang disandera dan, tentu saja, kami ingin mereka semua pulang,” terangnya saat ditanya seberapa yakinnya dia bahwa ini akan menjadi awal dari setidaknya 50 sandera Israel yang akan pulang.

Ketika ditanya apakah dia yakin kesepakatan itu pada akhirnya akan berhasil, Regev berkata, "Saya tidak terlalu yakin."

"Tetapi karena Hamas berada di bawah tekanan militer, kami telah memukul mesin mereka, kami telah memukul komandan mereka, kami telah menyingkirkan komandan militer utama mereka, mereka berada di bawah tekanan. Mereka menginginkan waktu istirahat ini," katanya, seraya menambahkan bahwa gencatan senjata semacam itu merupakan “risiko yang telah diperhitungkan.”

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya