1. Pembantaian Sabra dan Shatila
Pembantaian Sabra dan Shatila merupakan kejadian pembunuhan antara 460 hingga 3.500 warga sipil, terutama warga Palestina dan Syiah Lebanon, yang terjadi pada tahun 1982 di kota Beirut selama Perang Saudara Lebanon.
Milisi Kristen utama Lebanon, yang dipimpin oleh Elie Hobeika, melaksanakan serangan tersebut dengan melibatkan Pasukan Lebanon.
Mulai dari sekitar pukul 18:00 pada 16 September hingga pukul 08:00 pada 18 September, Pasukan Lebanon melakukan pembantaian sementara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengelilingi kamp Palestina.
IDF memerintahkan milisi Kristen untuk membersihkan pejuang Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dari Sabra dan Shatila sebagai bagian dari operasi lebih besar Israel menuju Beirut barat.
Meskipun IDF mendapat laporan kekejaman selama pembantaian, mereka tidak mengambil langkah efektif untuk menghentikannya.
Pada bulan Februari 1983, pemerintah Israel membentuk Komisi Kahan untuk menyelidiki penyebab dan keadaan pembantaian Sabra dan Shatila.
Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa personel militer Israel gagal mengambil tindakan serius untuk menghentikan pembunuhan, meskipun mengetahui tindakan milisi Kristen tersebut.
Komisi Israel menyimpulkan bahwa IDF secara tidak langsung bertanggung jawab atas peristiwa tersebut dan memaksa Ariel Sharon, mantan menteri pertahanan Israel, untuk mengundurkan diri karena dianggap "mengabaikan bahaya pertumpahan darah dan balas dendam" selama pembantaian.