Joe Biden Ketar-ketir di Pilpres AS Usai Serangan Drone Tewaskan 3 Tentara di Yordania

Susi Susanti, Jurnalis
Selasa 30 Januari 2024 16:12 WIB
Joe Biden ketar-ketir di pilpres AS usai serangan drone tewaskan 3 tentara di Yordania (Foto: Reuters)
Share :

GEORGIA - Kematian tiga tentara Amerika Serikat (AS) yang terdiri dari dua wanita dan seorang pria dari negara bagian Georgia, AS dalam serangan drone atau pesawat tak berawak di Yordania pada Minggu (28/1/2024) adalah hal yang ditakuti oleh pemerintahan Presiden AS Joe Biden.

Dan itu berarti Gedung Putih kini menghadapi keputusan yang sangat sulit mengenai bagaimana menanggapinya.

Presiden Biden, yang bertemu dengan tim keamanan nasionalnya di Situation Room pada Senin (29/1/2024), saat ini sedang mempertimbangkan pilihan yang ada di hadapannya. Dia bisa memilih untuk menyerang sasaran-sasaran sekutu Iran di wilayah tersebut, menyerang Iran sendiri, atau tidak melakukan apa pun.

Semua pilihan mempunyai risiko yang serius, terutama pada tahun pemilu di mana presiden harus menyeimbangkan antara tampil kuat dan memastikan situasi yang sudah berbahaya tidak lepas kendali.

“Kami tidak ingin perang lebih luas dengan Iran,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan.

“Kami tidak menginginkan perang yang lebih luas di kawasan ini, namun kami harus melakukan apa yang harus kami lakukan,” lanjutnya.

Pemerintahan Biden juga harus mempertimbangkan tanggapannya terhadap Iran dalam konteks perang yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas.

Sejak 7 Oktober, prioritas utama AS adalah menghentikan penyebaran konflik di Gaza di wilayah tersebut. Hal itulah yang mengatur tanggapan Amerika terhadap serangan-serangan non-fatal sebelumnya terhadap pasukan Amerika di wilayah tersebut.

Serangan mematikan ini benar-benar mengubah keadaan. AS kini merasa tidak punya pilihan selain merespons dengan tegas. Namun kebutuhan untuk mencapai keseimbangan masih tetap ada.

Jadi, Biden perlu menemukan tindakan yang dapat memberikan pesan pencegahan yang lebih kuat, tanpa menyebabkan eskalasi yang telah mereka upayakan dengan susah payah untuk dihindari.

Saingan politik Biden, karena tidak lagi berkuasa, tidak menghadapi dilema seperti itu.

Donald Trump, yang jelas-jelas merupakan kandidat terdepan dalam persaingan untuk memilih calon presiden dari Partai Republik, menyampaikan pendapatnya dengan sebuah postingan pada Minggu (28/1/2024) malam di media sosial yang menyalahkan sang presiden.

“Serangan kurang ajar terhadap Amerika Serikat ini merupakan konsekuensi mengerikan dan tragis dari kelemahan dan penyerahan diri Joe Biden,” tulis Trump.

Namun mantan presiden tersebut tidak mengatakan bagaimana tanggapannya jika dia menjabat dan dia belum berkomentar lebih lanjut. Anggota Partai Republik lainnya tidak menahan diri.

Senator Tom Cotton mengatakan satu-satunya jawaban terhadap serangan-serangan ini adalah pembalasan militer yang menghancurkan. Jika kurang dari itu, tambahnya, maka akan menegaskan bahwa presiden adalah seorang "pengecut".

Tokoh Partai Republik terkemuka di Senat, Mitch McConnell, menyerukan kerugian yang serius dan melumpuhkan bagi Iran. Senator Lindsay Graham mengatakan AS harus menyerang sasaran penting di Iran.

Namun tokoh utama Partai Demokrat tidak bertindak sejauh itu. Sebagian besar menyerukan agar mereka yang bertanggung jawab harus bertanggung jawab dan agar AS menargetkan kelompok-kelompok yang didukung Iran, bukan negara itu sendiri.

“Serangan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja,” kata Senator Ben Cardin, ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat.

“Saya mendukung Presiden Biden dalam memberikan tanggapan yang disengaja dan proporsional,” ujarnya.

Senator Demokrat Richard Blumenthal menggunakan bahasa serupa, menulis di X bahwa respon yang kuat dan cepat sangat penting melawan kekuatan yang didukung Iran.

Pemerintahan Biden mengatakan keputusannya mengenai cara merespons tidak akan didasarkan pada jajak pendapat atau pemilu yang akan datang. “Dia tidak melihat kalkulasi politik,” kata John Kirby kepada wartawan.

Namun pada tahun pemilu, setiap keputusan kebijakan luar negeri pasti dipengaruhi oleh politik dalam negeri. Bagaimana tindakan militer – atau tidak adanya tindakan – akan dipandang oleh para pemilih Amerika?

Seringkali diasumsikan bahwa kebijakan luar negeri hanya memainkan peran kecil dalam keputusan yang diambil para pemilih mengenai siapa yang mereka inginkan sebagai presiden. Namun dengan adanya konflik di Timur Tengah dan Ukraina, jajak pendapat menunjukkan hal ini penting untuk mendapatkan lebih banyak pemilih tahun ini.

Detil mengenai serangan ini mungkin sudah memudar pada November mendatang ketika masyarakat Amerika akan melakukan pemungutan suara. Namun masyarakat tetap peduli dengan citra yang mereka pikir akan ditampilkan oleh negara mereka di mata dunia.

BBC telah mendengar para pemilih di seluruh Amerika mengatakan mereka khawatir bahwa Amerika terlihat lemah saat ini. Mereka menyukai janji Donald Trump mengenai kepemimpinan yang kuat yang berarti tidak ada negara lain yang berani mencoba memaksa Amerika.

Tentu saja jauh lebih mudah membicarakan strategi militer dan diplomasi global saat kampanye daripada di ruang situasi Gedung Putih.

Joe Biden, sementara itu, dihadapkan pada keputusan yang rumit dan berbahaya yang dapat menimbulkan konsekuensi luas di Timur Tengah. Namun responnya terhadap serangan ini juga bisa berdampak pada tahun pemilu yang penuh pertaruhan.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya