“Pasien yang dipindahkan selama misi termasuk tiga pasien yang menderita kelumpuhan – dua di antaranya menderita trakeostomi – dan beberapa lainnya dengan fiksator eksternal karena cedera ortopedi yang parah. Dua dari pasien lumpuh memerlukan ventilasi manual terus menerus sepanjang perjalanan, karena kurangnya ventilator portabel,,” terang WHO.
Staf WHO melaporkan bahwa kehancuran di sekitar rumah sakit itu tak terlukiskan. Banyak bangunan yang terbakar dan hancur, lapisan puing-puing yang tebal, dan tidak ada jalan menuju ke sana yang masih utuh.
Mereka memperingatkan bahwa gangguan lebih lanjut terhadap layanan penyelamatan nyawa bagi sekitar 130 pasien sakit dan terluka yang masih berada di rumah sakit bersama dengan setidaknya 15 dokter dan perawat akan “menyebabkan lebih banyak kematian”.
WHO mengatakan bahwa sebelum pemindahan tersebut, stafnya telah dua kali ditolak aksesnya ke rumah sakit untuk melakukan penilaian medis dan telah menerima laporan kematian sedikitnya lima pasien di unit perawatan intensif.
Mereka menyebut “pembongkaran dan degradasi” rumah sakit Nasser sebagai pukulan besar terhadap sistem layanan kesehatan Gaza.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pasukan Israel telah mengubah rumah sakit Nasser menjadi “barak militer” dan situasi di sana “lebih dari sekadar bencana”, sehingga menimbulkan ancaman langsung terhadap kehidupan para pasien dan staf.
(Susi Susanti)