HAITI – Pemerintah Haiti mengumumkan keadaan darurat 72 jam pada Minggu (3/3/2024) setelah geng bersenjata menyerbu sebuah penjara besar. Setidaknya 12 orang tewas dan sekitar 3.700 narapidana melarikan diri dalam pembobolan penjara tersebut.
Para pemimpin geng menuntut pengunduran diri Perdana Menteri (PM) Ariel Henry, yang keberadaannya tidak diketahui sejak ia melakukan perjalanan ke Kenya.
Geng-geng kejahatan ini diketahui menguasai sekitar 80% ibu kota, Port-au-Prince. Adapun kekerasan geng telah melanda Haiti selama bertahun-tahun.
Pernyataan pemerintah mengatakan dua penjara yakni satu di Port-au-Prince dan satu lagi di dekat Croix des Bouquets, diserbu pada akhir pekan.
Dilaporkan bahwa tindakan “ketidaktaatan” merupakan ancaman terhadap keamanan nasional dan menyatakan bahwa pihaknya segera memberlakukan jam malam sebagai tanggapannya, yang dimulai pada pukul 20:00 waktu setempat (01:00 GMT pada Senin).
Media Haiti melaporkan bahwa kantor polisi diserang, sehingga mengganggu pihak berwenang sebelum serangan terkoordinasi terhadap penjara tersebut.
Berbicara kepada BBC dari Haiti, Serge Dalexis dari Komite Penyelamatan Internasional mengatakan bahwa banyak kantor polisi berada di bawah kendali geng pada Jumat (1/3/2024), dan banyak polisi terbunuh pada akhir pekan.