Pemimpin Geng Kriminal Haiti Ancam Perang Saudara jika PM Tidak Mundur

Susi Susanti, Jurnalis
Kamis 07 Maret 2024 08:59 WIB
Pemimpin geng kriminal ancam perang saudara jika PM Haiti tidak mundur (Foto: Reuters)
Share :

HAITI – Pemimpin geng kriminal di balik kekerasan yang melanda ibu kota Haiti telah memperingatkan akan terjadi 'perang saudara' jika Perdana Menteri (PM) Haiti Ariel Henry, tidak mundur.

Jimmy ‘Barbecue’ Chérizier melontarkan ancaman ketika anggota gengnya mencoba merebut bandara ibu kota untuk mencegah Henry kembali dari luar negeri.

‘Barbecue’ memperingatkan pada Selasa (5/3/2024) bahwa jika Ariel Henry tidak mengundurkan diri, pihaknya akan akan langsung menuju perang saudara yang akan mengarah pada genosida.

Aliansi G9 yang dipimpinnya telah memicu gelombang kekerasan, termasuk serangan terhadap kantor polisi dan penyerbuan dua penjara utama di negara tersebut. Sekitar 4.000 narapidana kabur dalam pembobolan penjara massal pada Sabtu (2/3/2024).

Dikutip BBC, keberadaan Henry tidak diketahui selama berhari-hari hingga Selasa (5/3/2024) malam, ketika ia menaiki penerbangan sewaan di New Jersey.

Laporan mengatakan Henry berencana mendarat di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, namun karena bandara ditutup karena upaya geng untuk merebutnya. Negara tetangga, Republik Dominika, menolak pesawat tersebut, sehingga pilot akhirnya mendarat di wilayah Puerto Riko.

Media Haiti melaporkan bahwa Henry kini mencari rute alternatif untuk kembali ke negaranya sementara tekanan diplomatik tampaknya meningkat terhadapnya untuk menyetujui pemerintahan transisi.

Haiti telah dirusak oleh kekerasan geng selama bertahun-tahun. Namun ketika Henry sedang berkunjung ke Kenya minggu lalu, Barbecue memperburuk situasi.

Kunjungan ini untuk menyetujui kesepakatan bagi Kenya untuk memimpin operasi polisi multinasional guna meredam kekerasan di Haiti.

Barbecue khawatir Henry akan menggunakan kekuatan tersebut untuk tetap berkuasa.

Pemimpin geng tersebut telah menentang Henry sejak ia mengambil alih kekuasaan tak lama setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moïse pada Juli 2021, tanpa melalui pemilu.

Kritikus terhadap Henry berpendapat bahwa pemerintahannya tidak sah. Mereka juga menunjukkan fakta bahwa dua setengah tahun setelah berkuasa, ia masih belum menyelenggarakan pemilihan presiden, seperti yang ia janjikan semula.

Henry belum berbicara secara terbuka sejak kekerasan meletus. Dia hanya me-retweet deklarasi keadaan darurat yang ditetapkan oleh salah satu menterinya saat dia tidak ada.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya