GAZA - Ketika Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menuntut gencatan senjata segera di Gaza dan kekhawatiran akan terjadinya kelaparan semakin meningkat, warga sipil yang kelaparan di wilayah tersebut mencari tanaman hijau liar bernama Khobiza karena tidak punya makanan lain.
Ini adalah pengingat lain akan penderitaan di daerah kantong Palestina selama lima bulan perang setelah serangan 7 Oktober terhadap Israel, ketika militan Hamas membunuh 1.200 orang dan menyandera 253 orang, menurut penghitungan Israel.
Serangan tersebut memicu respons sengit dari Israel yang melancarkan serangan udara dan penembakan di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 32.000 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan wilayah tersebut. Ini menjadi konflik terburuk antara Israel dan Hamas, sebuah kelompok Islam yang menguasai wilayah tersebut.
“Sepanjang hidup kami, bahkan melalui perang (sebelumny – kami belum pernah makan Khobiza,” kata wanita Palestina Maryam Al-Attar, dikutip Reuters.
“Putri saya bilang, 'Kami ingin makan roti, Bu.' Hatiku hancur untuk mereka,” lanjutnya.
“Saya tidak dapat menemukan sepotong roti untuk mereka. Saya pergi dan mengumpulkan beberapa Khobiza. Kami telah menemukan Khobiza untuk saat ini, tetapi di masa depan, dari mana kami akan mendapatkannya? Khobiza akan habis. Ke mana kita harus berpaling?,” tambahnya.
Warga Palestina menderita pada saat mereka harus menjalankan puasa di bulan suci Ramadhan, seperti jutaan umat Islam lainnya di seluruh dunia yang menikmati makan malam besar bersama keluarga besar mereka dan menonton acara televisi khusus.
“Kami telah termakan kelaparan. Kami tidak punya apa-apa untuk dimakan. Kami mendambakan sayuran, ikan, dan daging. Kita berpuasa dengan perut kosong. Kita tidak bisa berpuasa lagi. Kami pusing karena kelaparan. Tidak ada yang bisa membantu tubuh melawan,” kata Ummu Mohamed.