ISRAEL – Ribuan pengunjuk rasa berunjuk rasa di Yerusalem pada Minggu (7/4/2024) menuntut pembebasan sekitar 130 sandera yang masih ditahan di Gaza setelah enam bulan perang Israel melawan Hamas.
Menurut tim ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kelompok bersenjata Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang di rumah mereka, di pangkalan militer, di sepanjang jalan dan di tempat terbuka, serta melakukan kekerasan seksual pada beberapa korban mereka.
Orang-orang bersenjata juga menyandera 253 sandera, termasuk anak-anak dan orangtua, warga sipil dan tentara. Sekitar setengah dari mereka dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata singkat pada akhir November.
Pembicaraan untuk mengamankan gencatan senjata lainnya yang mencakup pembebasan puluhan sandera yang tersisa, dilanjutkan di Mesir pada Minggu (7/4/2024).
Namun beberapa keluarga sandera merasa was-was karena putaran perundingan sebelumnya tidak membuahkan hasil dan beberapa sandera meninggal di tempat penyanderaan.
"Keluarga mereka dan semua orang di sini sudah merasa muak. Dan masyarakat perlu memahami hal itu dan dunia perlu mengambil tindakan dan membantu mereka kembali," kata Michal Nachshon, 39, yang melakukan perjalanan dari Tel Aviv menuju protes di luar parlemen Israel, dikutip Reuters.
"Ini di atas politik. Ini di atas agama, ini adalah masalah kemanusiaan dan itulah yang kami teriakkan hari ini," lanjutnya.
Sementara beberapa orangtua sandera pada rapat umum yang digelar Minggu (7/4/2024) meminta Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu untuk berbuat lebih banyak untuk membawa pulang para sandera, para pembicara sebagian besar menyimpan pesan-pesan yang tidak bersifat politis, dengan fokus pada penderitaan mereka dan kebutuhan mendesak untuk membawa pulang orang-orang yang mereka cintai.