“Hamas ada di Rafah, Hamas menyandera kami di Rafah, itulah sebabnya pasukan kami bermanuver di Rafah. Kami melakukan ini dengan cara yang tepat sasaran dan tepat,” kata juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari dalam sebuah pernyataan pada Kamis (23/5/2024).
“Kami melindungi warga sipil Gaza di Rafah agar tidak menjadi lapisan perlindungan bagi Hamas, dengan mendorong mereka untuk mengungsi sementara ke wilayah kemanusiaan. Sejauh ini kami telah melenyapkan puluhan teroris Hamas, membongkar puluhan terowongan teror, dan menghancurkan sejumlah besar infrastruktur,” lanjutnya.
UNRWA, badan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Gaza, memperkirakan pada Senin (20/5/2024) bahwa lebih dari 800.000 orang telah meninggalkan Rafah sejak Israel mulai menargetkan kota tersebut pada awal Mei, meskipun ada permintaan internasional untuk menahan diri.
Suze van Meegan, Pemimpin Tanggap Darurat Dewan Pengungsi Norwegia di Gaza, mengatakan masih banyak warga sipil yang terjebak.
“Kota Rafah sekarang terdiri dari tiga dunia yang berbeda: wilayah timur adalah zona perang, wilayah tengah adalah kota hantu, dan wilayah barat adalah tempat dimana banyak orang hidup dalam kondisi yang menyedihkan,” katanya dalam sebuah pernyataan.
(Susi Susanti)