Kapolda juga mengatakan, setiap malam minggu, polisi selalu berpatroli untuk mencegah tawuran. Pada peristiwa pengamanan 18 orang itu, sebenarnya jumlahnya lebih, namun karena jumlah personel hanya 30 orang dengan menggunakan 15 unit kendaraan patroli.
“Satu yang masih kita tahan karena terbukti masih membawa senjata tajam, tapi yang lain sudah berserahkan, ini milik siapa kita tidak tahu, sehingga membuktikan siapa membawa ini belum bisa kita usut. 17 kita kembalikan ke orangtuanya dulu sambil nanti kalau ada bukti-bukti baru, baru bisa kita lakukan pemeriksaan lanjutan,” ujarnya.
Umumnya yang diamankan itu kata Kapolda adalah anak-anak pelajar SMP. Mereka masih keluyuran sampai dini hari, dan polisi melakukan antisipasi tawuran tersebut dari pukul 02.00 sampai 03.00 WIB.
“Saat itu, polisi sudah bergerak cepat dengan mengarahkan 30 personel pengurai massa. Andai kata polisi pada saat itu tidak hadir di tengah-tengah mereka maka kita lihat alat-alat dipergunakan mereka tawuran bisa mendatangkan korban lebih banyak sehingga dini hari itu polisi sudah bergerak cepat yaitu polisi dari Polresta Padang, bersama dengan polisi pengurai massa dari Direktorat Samapta Polda Sumatera Barat,” terangnya.
Kemudian, saat anggota Polri ini melaksanakan kegiatan pencegahan dan juga penanggulangan sebagai akibat tawuran maka polisi sudah melerai dua kelompok massa. Dalam massa rencana aksi melakukan tawuran ini, salah satu di antaranya adalah yang diduga atas nama Afif Maulana.
Namun, saat diamankan 18 orang tersebut, Afif Maulana tidak ada dalam rombongan tersebut, kata Kapolda, saat diamankan Afif Maulana ini sempat mengajak temannya untuk mencebur ke sungai, agar tidak ikut diamankan ke polisi. Namun, pada pukul 11.55 WIB Afif ditemukan meninggal dunia dibawa jembatan Kuranji, lokasi tempat pengamanan anak-anak yang akan mau tawuran.
(Arief Setyadi )