HAYAM Wuruk, Raja Majapahit dan mahapatihnya Gajah Mada konon sempat memiliki hubungan buruk pasca Perang Bubat. Perang Bubat itu membuat rencana pernikahan Hayam Wuruk dengan putri Raja Sunda bernama Dyah Pitaloka Citraresmi itu gagal dilaksanakan.
Tak hanya itu rombongan pernikahan dari Kerajaan Sunda juga tewas semuanya, termasuk kedua orang tua dari Dyah Pitaloka Citraresmi, serta para pejabat penting Kerajaan Sunda. Peperangan kala itu terjadi karena Gajah Mada ingin Sunda yang belum berhasil ditaklukan Majapahit.
Gajah Mada menganggap momen pernikahan atasannya dengan Raja Sunda menjadi jalan menaklukkan Kerajaan Sunda, secara politis. Hal ini yang berimbas pada Gajah Mada dijadikan kambing hitam kegagalan pernikahan Hayam Wuruk.
Pasca Peristiwa Bubat itulah, konon Hayam Wuruk masih meneruskan tradisi blusukan ke wilayah kekuasaannya. Konon di blusukannya pasca Peristiwa Bubat itu diarahkan menuju timur ibu kota Kerajaan Majapahit.
Selain menyerap aspirasi masyarakatnya, Hayam Wuruk ingin memastikan keamanan wilayah kekuasaannya. Sebab, wilayah Lamajang, yang dituju Raja Majapahit ini kerap kali dilanda peperangan dan ketidakstabilan keamanan serta politik. Konon kunjungan ketiga dilakukan sang raja Majapahit pasca Perang Bubat.