Mahfud pun bercerita, kendala pada saat itu hanyalah penolakan penyelenggaraan pilkada serentak, karena muncul kekhawatiran akan banyak korban Covid 19. Namun, dia mampu membuktikan bahwa angka korban pandemi bisa ditekan, dan jumlah partisipasi pemilih tetap tinggi.
“Saya masih ingat karena pada saat itu saya dan pak tito sangat aktif di pilkada itu karena (masih menjabat) Menko Polhukam, dan saat itu covid, sehingga ada orang yang menentang pilkada serentak karena korbannya bisa ribuan karena covid,” katanya.
“Tapi ternyata di daerah daerah pilkada engga ada korban jiwa, yang banyak korban jiwa justru di wilayah wilayah yang nda ada pilkada waktu itu. Karena waktu itu setiap minggu saya dan pak tito selalu bicara dengan kepala daerah, kapolda, kapolres, dandim, pangdam dan sebagainya supaya dijaga betul,” sambungnya.
(Khafid Mardiyansyah)