JAKARTA - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa ia bersedia melepaskan jabatannya jika itu berarti perdamaian di Ukraina. Pernyataan itu disampaikan Zelensky dalam konferensi pers di Kyiv akhir pekan lalu.
"Jika (itu berarti) perdamaian untuk Ukraina, jika Anda benar-benar membutuhkan saya untuk meninggalkan jabatan saya, saya siap," kata Zelensky, Minggu, (23/2/2025), menjawab pertanyaan wartawan.
Zelenksy menambahkan bahwa dia siap mengundurkan diri jika itu berarti Ukraina dapat masuk aliansi Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
"Saya dapat menukarnya dengan (keanggotaan) NATO, jika persyaratan itu ada, segera," tambah Zelensky.
Dalam perbincangan luas dengan wartawan, Zelensky menjelaskan bahwa ia tidak berencana untuk memegang kekuasaan selama beberapa dekade mendatang tetapi menegaskan bahwa ia tidak akan membiarkan Presiden Rusia, Vladimir Putin memegang kendali atas negaranya.
"Saya tidak akan berkuasa selama beberapa dekade, tetapi kami juga tidak akan membiarkan Putin berkuasa atas wilayah Ukraina," jelasnya.
Hal ini terjadi setelah ketegangan meningkat antara Kyiv dan Washington setelah presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melabeli Zelensky sebagai "diktator" di media sosial.
Sebagai tanggapan, Presiden Ukraina kemudian mengklaim mitranya dari AS itu tinggal di "ruang disinformasi" Rusia, yang berarti Trump terpengaruh oleh narasi yang menguntungkan Moskow seperti menyebutnya sebagai diktator, mengklaim Ukraina memiliki utang besar kepada AS, dan menganggap gencatan senjata sebagai akhir perang.
Zelensky menambahkan bahwa pembicaraan antara Kyiv dan Washington tentang mineral berharga di negara yang dilanda perang itu terus berlanjut, tetapi menjelaskan kesepakatan dengan AS tidak akan berhasil jika AS meminta Ukraina untuk mengembalikan nilai bantuan yang telah diberikan oleh Washington.