Selanjutnya, BMKG mencatat lag atau selisih waktu terbenam Bulan dengan Matahari di Indonesia saat Matahari terbenam pada 28 Februari 2025 berkisar antara 15.31 menit di Merauke, Papua sampai 22.55 menit di Sabang, Aceh. Sementara fraksi iluminasi Bulan saat Matahari terbenam pada hari yang sama berkisar antara 0.11 persen di Jayapura, Papua sampai 0.22 persen di Banda Aceh, Aceh.
Namun, BMKG mengungkapkan bahwa akan ada objek astronomis yang berpotensi mengacaukan rukyatul hilal Ramadan. Objek tersebut adalah Saturnus dan Merkurius. Keberadaan dua planet tersebut berpotensi membuat pengamat menganggapnya sebagai hilal.
“Pada tanggal 28 Februari 2025, dari sejak Matahari terbenam hingga Bulan terbenam terdapat Saturnus dan Merkurius yang jarak sudutnya lebih kecil daripada 10° dari Bulan,” papar BMKG.
Meski begitu, masyarakat tetap diminta untuk menunggu pengumuman resmi dari pemerintah melalui Kementerian Agama yang akan melakukan sidang isbat penentuan awal puasa Ramadan pada 28 Februari 2025, dipimpin oleh Menteri Agama (Menag). Kemenag juga bekerja sama dengan Kantor Wilayah Kemenag di berbagai daerah akan melakukan pemantauan hilal di berbagai titik di seluruh Indonesia.
(Khafid Mardiyansyah)