Tank-tank Israel menembaki dari seberang perbatasan, kata para saksi mata. Otoritas kesehatan Palestina mengatakan 408 orang telah tewas dalam salah satu jumlah korban terbesar dalam satu hari sejak perang Meletus, demikian diwartakan Reuters.
Keluarga-keluarga di Beit Hanoun di Jalur Gaza utara dan wilayah timur Khan Younis di selatan meninggalkan rumah mereka. Sambil membawa barang-barang, sebagian berjalan kaki, yang lain naik mobil atau becak setelah militer Israel memerintahkan mereka untuk mengungsi dari apa yang disebutnya sebagai "zona pertempuran berbahaya".
Mesir dan Qatar, mediator dalam kesepakatan gencatan senjata bersama dengan AS, mengutuk serangan Israel, sementara Uni Eropa mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menyesalkan kegagalan gencatan senjata.
Koordinator bantuan darurat PBB, Tom Fletcher, mengatakan "keuntungan sederhana" yang diperoleh selama gencatan senjata telah hancur.
Israel telah menghentikan pengiriman bantuan ke Gaza selama lebih dari dua minggu, memperburuk krisis kemanusiaan.
Mantan sandera dan keluarga dari beberapa sandera yang masih ditawan di Gaza menyatakan kemarahan atas dimulainya kembali perang.
Sandera yang dibebaskan, Yarden Bibas, yang istri dan dua putranya yang masih kecil terbunuh saat ditawan, mengatakan di Facebook bahwa kembalinya Israel ke medan perang membawanya kembali ke Gaza, tempat ia mengkhawatirkan keselamatannya. "Tekanan militer membahayakan sandera, kesepakatan membawa mereka kembali," katanya.
Di rumah sakit yang kewalahan akibat pemboman selama 15 bulan, tumpukan mayat dalam lembaran plastik putih yang berlumuran darah ditumpuk saat korban dibawa masuk. Kementerian kesehatan mengatakan banyak korban tewas adalah anak-anak, dan 562 orang terluka.
Di antara pejabat Hamas yang tewas dalam serangan udara tersebut adalah Essam Addalees, kepala de facto pemerintahan Hamas, Ahmed Al-Hetta, wakil menteri kehakiman, dan Mahmoud Abu Watfa, kepala dinas keamanan yang dijalankan Hamas, kata Hamas.