Menurut data TNI AL, kapal tersebut memasuki jalur AIS pada 17 Juni di utara Belawan, bergerak dengan kecepatan sekitar 19 knot, sebelum kemudian sinyalnya mati. Meskipun demikian, ini dinyatakan sebagai pelayaran sah.
Kehadiran USS Nimitz di kawasan menegaskan proyeksi kekuatan militer AS dan menjadi sinyal kuat dukungan terhadap sekutunya, serta upaya menjaga jalur perdagangan global—terutama Selat Malaka—agar tetap aman dari gejolak regional.
Pelayaran USS Nimitz juga menegaskan kembali posisi strategis Indonesia dalam lanskap maritim global. Selat Malaka, yang menjadi penghubung vital antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia, dilintasi ribuan kapal setiap tahunnya, termasuk kapal-kapal militer.
Pemerintah Indonesia, melalui koordinasi antara Kementerian Luar Negeri dan TNI, terus menjaga komunikasi dengan pihak Amerika Serikat untuk memastikan seluruh aktivitas di wilayah perairan Indonesia tetap mengikuti ketentuan hukum internasional. Masyarakat diimbau agar tidak mudah terpengaruh oleh spekulasi, mengingat pelayaran tersebut tidak dianggap mengganggu kedaulatan negara.
(Awaludin)